Saturday, 4 January 2014

UNTAIAN MUTIARA HIKMAH SAYYIDIS SYEKH ABIL HASAN AS-SYADZILI



---UNTAIAN MUTIARA HIKMAH---
SAYYIDIS SYEKH ABIL HASAN AS-SYADZILI

1.    ”Apabila ilmu kasyaf kamu (ilmu yang keluar dari terbukanya hati), bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits, maka kamu harus berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits, dan tinggalkan ilmu kasyaf itu…! Katakan pada hatimu, bahwa Alloh telah menjamin untuk menjaga kita dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Alloh tidak menjamin dan bertanggung jawab menjaga kita dalam Ilmu Kasyaf, Ilmu Ilham (bisikan), Ilmu Musyahadah (melihat barang ghaib). Karena para Ulama’ telah sepakat, bahwa Ilmu Kasyaf, Ilham dan  Musyahadah itu tidak boleh diamalkan sebelum ditinjau dan disesuaikan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits.”
2.    ”Apabila ada orang yang merintangi jalanmu menuju Alloh, maka kamu harus teguh pendirian. Karena Alloh berfirman,”Wahai orang-orang beriman, jika kalian bertemu dengan satu kaum, maka teguhkan pendirian kalian dan sebutlah nama Alloh yang banyak, supaya kalian menjadi orang-orang yang beruntung.”
3.    ”Setiap ilmu yang terlanjur merubah kehendak hatimu, dan kamu cenderung kepadanya dan merasa enak dengan ilmu itu, maka segera buanglah, sekalipun ilmu itu benar. Kemudian ambillah Ilmu Alloh yang telah diturunkan kepada Utusan-Nya, patuhlah kepada Utusan-Nya, Khulafaurrosyidun, para Shohabat, Tabi’in dan Imam-Imam yang ahli petunjuk, yang bebas dari pengaruh hawa nafsu. Maka kamu akan selamat dari keraguan, prasangka buruk, dan hal-hal yang membuat dusta yang menyesatkan dari petunjuk dan hakikat petunjuk.”

4.    ”Sebagian dari perkara yang paling bisa menjaga dari datangnya bala’ untuk melakukan maksiat, adalah membaca Istighfar. Karena Alloh berfirman,”Alloh tidak akan menurunkan adzab kepada penduduk, selama mereka masih mau beristighfar.”…
5.    ”Saya bertemu dengan Rosululloh SAW. Kemudian saya bertanya,”Ya Rosulalloh, apa hakikatnya المتابعة (ikut). Rosululloh menjawab “ Selalu melihat kepadaالمتبوع  (yang diikuti), disaat apa saja, ketika bersama siapa saja, dan dalam keadaan apa saja.”
6.    Kalau engkau ingin selalu jujur dalam setiap perkataan, maka perbanyaklah membaca suroh Al-Qodr
7.    Kalau ingin ikhlas dalam segala hal, perbanyaklah membaca Suroh Al-Ikhlas
8.    Kalau ingin dipermudah mendapat rizqi, perbanyaklah membaca Suroh Al-Falaq
9.    Kalau ingin selamat, perbanyaklah membaca Suroh An-Nas
       Seorang Wali Quthub Ar-Robbany, Sayyidi Abd. Wahhab As-Sya’roni berkata “Menurut para Ulama’, paling sedikitnya kata-kata perbanyaklah bacaan, adalah 70 kali sampai 700 kali setiap hari.”

10.    ”Paling shidiqnya bacaan di sisi Alloh, adalah  لااله الا الله   dalam keadaan hati yang bersih.”
11.    ”Kalau engkau ingin punya hati yang bersih dan tidak akan menemukan kesusahan, serta ingin tidak selalu melakukan dosa, maka perbanyaklah membaca :
 سبحان الله وبحمده سبحام الله العظيم لااله الا هو اللهم ثبت علمها في قلبي واغفر لي ذنبي                             
12.    ”Janganlah sekali-kali engkau memilih sesuatu berdasarkan nafsu, tapi pilihlah yang tidak didasari nafsu.”
13.    “Para Wali itu tidak butuh pada sesuatu selain Alloh, dan selalu bersama Alloh tanpa pemikiran dan pilihan.”
14.    Ada suatu perkara yang bisa merusak beberapa amal baik, tanpa disadari oleh sebagian manusia, yaitu tidak menerima kepada qodho’ atau ketentuan Alloh.” Kemudian ada dua perkara yang tidak berbahaya oleh banyaknya kelakuan jelek, yaitu Ridho pada Takdir Alloh dan memaafkan pada hamba Alloh.”
15.    “Seorang hamba tidak akan selamat dari Neraka, kecuali ia mampu mencegah dirinya dari melakukan maksiat kepada Alloh. Ia mampu menghiasi dirinya dengan menjaga amanah Alloh, mampu membuka hatinya untuk melihat Alloh, dan ia mampu membuka lisan dan batinnya untuk munajat kepada Alloh. Ia juga bisa menyingkap tabir antara dirinya dengan sifat-sifat Alloh, dan bisa memperlihatkan ruh-ruh Kalimat Alloh di hadapan-Nya.”
16.    ”Apabila lisanmu terasa berat untuk berdzikir, engkau selalu berbuat salah dalam ucapanmu, anggota badan dibiarkan didalam syahwat, dan pintu pemikiran selalu tertutup untuk melakukan kebaikan, maka ketahuilah…! Sifat yang demikian itu menunjukkan besarnya dosa-dosa kamu, atau karena masih ada sifat munafiq di dalam hatimu. Kalau sudah demikian, maka tidak ada jalan lain bagi kamu, kecuali segera bertaubat, berbuat baik, minta perlindungan Alloh, dan harus ikhlas dalam menjalankan Agama Alloh. Ingatlah firman Alloh “Kecuali orang-orang yang mau bertaubat, berbuat baik, minta perlindungan Alloh, dan selalu ikhlas dalam menjalankan Agama Alloh. Maka orang-orang tersebut akan bersama orang-orang Mukmin.” Alloh tidak mengatakan bahwa orang tersebut termasuk orang mukmin, maka renungkanlah Firman Alloh ini, jika engkau mengerti.”

17.    ”Jika engkau sedang duduk di depan Ulama’, maka janganlah engkau berbicara dengan mereka kecuali hal-hal yang berkaitan dengan ilmu yang di nuqil dari Nash Al-Qur’an dan Hadits dari riwayat yang shohih. Baik ilmu itu bisa memberi faedah kepada mereka atau engkau bisa mengambil faedah dari mereka. Hal itu merupakan keuntungan yang sangat besar bagi engkau dari mereka. Jika engkau duduk dengan orang-orang ahli ibadah dan orang-orang zuhud, maka duduklah engkau bersama mereka dengan menampakkan sikap zuhud dan ibadah. Ikutlah terhadap apa yang dianggap baik oleh mereka, dan memberi kemudahan apa yang dianggap sulit oleh mereka. Jika engkau duduk dengan orang-orang Shiddiqin, maka pisahkan ilmu-ilmu yang telah engkau ketahui, agar engkau memperoleh ilmu yang tersimpan dari mereka.”

18.    ”Diantara paling musyaqqatnya manusia, adalah orang yang senang apabila orang lain tunduk melakukan apa yang diinginkannya, sedangkan dirinya tidak bisa melakukan sebagian yang diinginkan oleh mereka. Tuntutlah dirimu untuk bisa memuliakan orang lain, jangan engkau menuntut orang lain untuk memuliakan dirimu. Jangan memaksa apapun kepada orang lain, tapi paksalah dirimu sendiri.”
19.    ”Sungguh aku putus asa untuk bisa memanfaatkan diriku untuk diriku sendiri, maka bagaimana aku tidak putus asa untuk memanfaatkan orang lain untuk diriku ?. Aku selalu berharap baik kepada Alloh untuk orang lain, maka bagaimana aku tidak berharap baik kepada Alloh untuk diriku sendiri ?”.
20.    ”Janganlah engkau condong kepada ilmu dan kekuatan, tapi condonglah hanya kepada Alloh. Takutlah engkau…!!! Jangan sampai menyebarkan ilmu dengan tujuan supaya orang lain tunduk kepadamu. Tapi sebarkan ilmumu dengan tujuan supaya ilmu itu bisa menjadi penyebab kamu tunduk kepada Alloh.”
    

21.    Al-Imam Abul Hasan Ali Asy-Syadzili adalah seorang yang sangat Tawadhu’ (rendah hati). Diantaranya adalah beliau tidak pernah berbicara di depan orang banyak kecuali diminta. Kalau sudah diminta, beliau berbicara dengan kata-kata yang lembut yang dapat diterima oleh kalangan orang besar dan orang kecil. Hal itu dikarenakan sifat iba dan bijaksana yang dimiliki beliau, juga karena beliau menguasai ilmunya ulama’, ilmu siyasah pemerintahan dan hikmahnya ahli hukum.        Diceritakan, suatu ketika ada pertemuan para wali dan para ulama’ di Balai pertemuan kota Manshuroh dekat kota Tsughroh Dimyath. Hadir dalam pertemuan tersebut Syekh Izzuddin Bin Abd. Salam, Syekh Makinuddin Al-Asmar, Syekh Taqiyuddin Bin Daqiqil ‘Id, dan lain-lain. Mereka semua sedang membahas Risalah Al-Qusyairi. Ketika satu persatu sudah menyampaikan pendapatnya, tiba-tiba Syekh Abil Hasan As-Syadzili hadir ke tempat itu. Setelah beliau duduk, Para Wali dan Para Ulama’ berkata,”Kami ingin mendengarkan pendapat panjenengan tentang kandungan makna dalam risalah ini.” Kanjeng Syaikh berkata,” Kalian semua merupakan Para Syekh Guru-Guru besar Islam telah menyampaikan pendapat masing-masing, jadi tidak ada lagi tempat bagi saya untuk memberikan pendapat.” Mereka berkata,”Tidak wahai Syekh, Kami ingin mendengarkan pendapat panjenengan.” Selanjutnya Kanjeng Syekh memanjatkan puji kepada Alloh, kemudian memberikan pendapat dengan jelas dan gamblang. Setelah Kanjeng Syaikh selesai memberikan pendapat, Syekh Izzuddin Bin Abd. Salam yang terkenal sebagai rajanya para Ulama’ berteriak dari dalam tenda,”Ayo kesini semua untuk bersama-sama mendengarkan pendapat Syekh Abu Hasan, yang hampir dipastikan murni dari sisi Alloh.” Padahal Syekh Izzuddin sebelumnya mengingkari dengan berkata kepada masyrakat,”Apakah masih ada Thoriqoh selain Al-Qur’an dan Al-Hadits,?. Tetapi setelah berkumpul dengan Syekh Abil Hasan As-Syadzili, beliau menyatakan salut dan kagum dengan berkata,”Diantara pertanda agung yang membuktikan adanya kelompok Tashowwuf adalah bila mereka telah mampu menduduki dasar-dasar agama yang besar. Yaitu bisa menguasai karomah dan khoriqul adah (keanehan-keanehan). Seorang ahli Fiqh tidak menguasai apa-apa dari karomah dan khoriqul adah, kecuali hanya bisa menjalankan apa yang dijalankan oleh masyarakat seperti hanya tampak dari dhohirnya.”      Syekh Izzuddin setelah berkumpul dengan Syekh Abil Hasan As-Syadzili, dan telah merasakan thoriqoh yang telah dirasakan oleh masyarakat dan bisa memotong besi dengan lembaran kertas, maka beliau memuji dengan sepenuhnya pujian.
22.    ”Makanlah kalian dari makanan yang enak dan lezat, minumlah minuman yang bagus dan segar, tidurlah di kasur yang paling empuk, dan berpakaianlah dengan pakaian yang paling halus. Kalau salah satu diantara kalian melakukan hal itu kemudian berkata,”Alhamdulillah”, maka anggota tubuh kalian telah mensyukuri nikmat Alloh. Lain halnya jika salah satu dari kalian makan roti kasar dengan lalapan garam, memakai pakaian lusuh, tidur di tanah dan minum air hangat yang dipanaskan matahari, kemudian mengucapkan Alhamdulillah, padahal hal itu didorong oleh perasaan terpaksa dan murka kepada taqdir Alloh. Andaikata salah satu diantara kalian melihat dengan mata hati, maka pasti akan mengerti bahwa keterpaksaan dan kemungkaran itu akan kembali kepada perbuatan dosa bagi orang-orang yang menbuat enak-enakan di dunia dengan yakin. Padahal sesungguhnya orang yang enak-enakan di dunia itu melakukan sesuatu yang diperbolehkan oleh Alloh, tapi orang yang bersyukur dengan terpaksa dan murka itu melakukan sesuatu yang diharomkan oleh Alloh.” Keterangan ini menjadi salah satu bukti, bahwa Kanjeng Syekh itu termasuk golongan orang ahli meneliti tingkah laku hati dan termasuk ahli bersyukur.
23.    “Ikatlah nafsumu, dan kalahkanlah dengan sholat. Jika sholatmu bisa mencegah dari sesuatu yang disukai nafsu, maka engkau termasuk orang yang beruntung. Dan jika sholatmu tidak mencegahmu dari nafsu, maka hendaklah engkau menangisi keadaan dirimu. Apabila engkau terpaksa menyeret kuat kakimu untuk pergi bersholat, hendaklah engkau ingat, adakah seorang kekasih itu tiada ingin berjumpa dengan kekasihnya ?”.
24.    “Aku bertanya kepada guruku berkenaan dengan wirid orang-orang yang telah benar-benar mencapai Alloh. Guruku berkata,”Menggugurkan hawa nafsu dan mencintai Tuhannya. Dan dengan kecintaan itu, ia tercegah dari mencintai yang lain selain Alloh.”
25.    “Siapa yang ingin bersahabat dengan Alloh, mka hendaklah ia berangkat meninggalkan segala kesenangan diri. Tidak akan sampai si hamba kepada Alloh, jika masih ada pada dirinya syahwat. Dan tidak juga, jika masih ada pada dirinya segala nafsu keinginan.”
26.    “Barang siapa yang bertambah ilmu dan amlnya, tidak menyebabkannya bertambah iftiqor (memerlukan) Alloh, maka dia telah masuk ke dalam golongan orang-orang yang binasa.
27.    “Kembalilah engkau dan janganlah menentang Tuhanmu, maka engkau akan menjadi seorang Muwahhid (Ahli Tauhid). Beramallah engkau dengan menetapi rukun-rukun syari’at, maka engkau akan menjadi seorang Sunni (Seorang pengikut Rosululloh). Himpunlah dua perkara tersebut, maka engkau akan menjadi seorang ahli hakikat.”
28.    “Jika engkau ingin memperbaiki aib dirimu, maka janganlah sekali-kali kamu mengintai aib orang lain. Karena mengintai aib orang lain termasuk ke dalam cabang-cabang kemunafikan, sebagaiman husnudz dzon itu termasuk ke dalam cabang-cabang keimanan.”
29.    “Bagi orang Shufi harus mempunyai empat karakter : Pertama, berakhlak dengan akhlak Alloh (Merespons Asma’, Sifat dan Af’al Alloh dalam kehambaannya). Kedua, senantiasa berselaras dengan perintah-perintah Alloh. Ketiga, tidak mengandalkan atau menuruti hawa nafsu, karena malu kepada Alloh. Keempat, menepati hamparan jiwa dalam kefanaan yang benar ketika bersama Alloh.”
30.    “Manakala cahaya orang beriman yang suka bermaksiat dibuka, pasti akan memenuhi bekasnya di langit dan di bumi. Lalu bagaiman menurut anda hebatnya cahaya orang maukmin yang thaat ?”
31.    “Hormatilah sesama kaum mukmin, walaupun mereka sering maksiat penuh dosa. Tegakkan aturan-aturan kepada mereka, dan hampiri mereka sebagai tanda kasih-sayang, jangan sampai anda merasa muak dengan mereka.”
32.    “Jangan mengikuti jejak orang yang sangat hati-hati terhadap apa yang diraih oleh tangan orang beriman, sementara dia sangat tidak hati-hati terhadap apa yang diberikan oleh tangan kaum musyrikin. Sebab sudah diketahui, bagaimana batu jadi hitam (Hajar Aswad) karena tangan mereka.” Maksudnya, jangan mengikuti jejak orang yang belum jelas kebenaran amaliyahnya, wira’inya dan ketajaman mata hatinya.

No comments:

Post a Comment

Charly setia band nyantri di pp syaichona cholil

https://youtu.be/2ELP8ewuNHc https://youtu.be/2ELP8ewuNHc