---UNTAIAN MUTIARA HIKMAH---
SAYYIDIS SYEKH ABIL
HASAN AS-SYADZILI
1.
”Apabila ilmu kasyaf kamu (ilmu yang
keluar dari terbukanya hati), bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits, maka
kamu harus berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits, dan tinggalkan ilmu
kasyaf itu…! Katakan pada hatimu, bahwa Alloh telah menjamin untuk menjaga kita
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Alloh tidak menjamin dan bertanggung jawab
menjaga kita dalam Ilmu Kasyaf, Ilmu Ilham (bisikan), Ilmu Musyahadah (melihat
barang ghaib).
Karena para Ulama’ telah sepakat, bahwa Ilmu Kasyaf, Ilham dan Musyahadah itu tidak boleh diamalkan sebelum
ditinjau dan disesuaikan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits.”
2. ”Apabila
ada orang yang merintangi jalanmu menuju Alloh, maka kamu harus teguh
pendirian. Karena Alloh berfirman,”Wahai orang-orang beriman, jika kalian
bertemu dengan satu kaum, maka teguhkan pendirian kalian dan sebutlah nama
Alloh yang banyak, supaya kalian menjadi orang-orang yang beruntung.”
3. ”Setiap
ilmu yang terlanjur merubah kehendak hatimu, dan kamu cenderung kepadanya dan
merasa enak dengan ilmu itu, maka segera buanglah, sekalipun ilmu itu benar.
Kemudian ambillah Ilmu Alloh yang telah diturunkan kepada Utusan-Nya, patuhlah
kepada Utusan-Nya, Khulafaurrosyidun, para Shohabat, Tabi’in dan Imam-Imam yang
ahli petunjuk, yang bebas dari pengaruh hawa nafsu. Maka kamu akan selamat dari
keraguan, prasangka buruk, dan hal-hal yang membuat dusta yang menyesatkan dari
petunjuk dan hakikat petunjuk.”
4. ”Sebagian
dari perkara yang paling bisa menjaga dari datangnya bala’ untuk melakukan
maksiat, adalah membaca Istighfar. Karena Alloh berfirman,”Alloh tidak akan
menurunkan adzab kepada penduduk, selama mereka masih mau beristighfar.”…
5. ”Saya
bertemu dengan Rosululloh SAW. Kemudian saya bertanya,”Ya Rosulalloh, apa
hakikatnya المتابعة (ikut). Rosululloh menjawab “ Selalu melihat kepadaالمتبوع (yang diikuti), disaat apa saja, ketika
bersama siapa saja, dan dalam keadaan apa saja.”
6. Kalau engkau
ingin selalu jujur dalam setiap perkataan, maka perbanyaklah membaca suroh Al-Qodr
7. Kalau ingin
ikhlas dalam segala hal, perbanyaklah membaca Suroh Al-Ikhlas
8. Kalau ingin
dipermudah mendapat rizqi, perbanyaklah membaca Suroh Al-Falaq
9. Kalau ingin
selamat, perbanyaklah membaca Suroh An-Nas
Seorang Wali Quthub
Ar-Robbany, Sayyidi Abd. Wahhab As-Sya’roni berkata “Menurut para Ulama’,
paling sedikitnya kata-kata perbanyaklah bacaan, adalah 70 kali sampai 700 kali
setiap hari.”
10. ”Paling
shidiqnya bacaan di sisi Alloh, adalah لااله الا
الله dalam keadaan hati yang
bersih.”
11. ”Kalau
engkau ingin punya hati yang bersih dan tidak akan menemukan kesusahan, serta
ingin tidak selalu melakukan dosa, maka perbanyaklah membaca :
سبحان الله وبحمده سبحام الله العظيم لااله الا
هو اللهم ثبت علمها في قلبي واغفر لي ذنبي
12. ”Janganlah
sekali-kali engkau memilih sesuatu berdasarkan nafsu, tapi pilihlah yang tidak
didasari nafsu.”
13. “Para
Wali itu tidak butuh pada sesuatu selain Alloh, dan selalu bersama Alloh tanpa
pemikiran dan pilihan.”
14. “Ada
suatu perkara yang bisa merusak beberapa amal baik, tanpa disadari oleh
sebagian manusia, yaitu tidak menerima kepada qodho’ atau ketentuan Alloh.”
Kemudian ada dua perkara yang tidak berbahaya oleh banyaknya kelakuan jelek,
yaitu Ridho pada Takdir Alloh dan memaafkan pada hamba Alloh.”
15. “Seorang
hamba tidak akan selamat dari Neraka, kecuali ia mampu mencegah dirinya dari
melakukan maksiat kepada Alloh. Ia mampu menghiasi dirinya dengan menjaga
amanah Alloh, mampu membuka hatinya untuk melihat Alloh, dan ia mampu membuka
lisan dan batinnya untuk munajat kepada Alloh. Ia juga bisa menyingkap tabir
antara dirinya dengan sifat-sifat Alloh, dan bisa memperlihatkan ruh-ruh
Kalimat Alloh di hadapan-Nya.”
16. ”Apabila
lisanmu terasa berat untuk berdzikir, engkau selalu berbuat salah dalam
ucapanmu, anggota badan dibiarkan didalam syahwat, dan pintu pemikiran selalu
tertutup untuk melakukan kebaikan, maka ketahuilah…! Sifat yang demikian itu
menunjukkan besarnya dosa-dosa kamu, atau karena masih ada sifat munafiq di
dalam hatimu. Kalau sudah demikian, maka tidak ada jalan lain bagi kamu,
kecuali segera bertaubat, berbuat baik, minta perlindungan Alloh, dan harus
ikhlas dalam menjalankan Agama Alloh. Ingatlah firman Alloh “Kecuali
orang-orang yang mau bertaubat, berbuat baik, minta perlindungan Alloh, dan
selalu ikhlas dalam menjalankan Agama Alloh. Maka orang-orang tersebut akan
bersama orang-orang Mukmin.” Alloh tidak mengatakan bahwa orang tersebut
termasuk orang mukmin, maka renungkanlah Firman Alloh ini, jika engkau
mengerti.”
17. ”Jika
engkau sedang duduk di depan Ulama’, maka janganlah engkau berbicara dengan
mereka kecuali hal-hal yang berkaitan dengan ilmu yang di nuqil dari Nash
Al-Qur’an dan Hadits dari riwayat yang shohih. Baik ilmu itu bisa memberi
faedah kepada mereka atau engkau bisa mengambil faedah dari mereka. Hal itu
merupakan keuntungan yang sangat besar bagi engkau dari mereka. Jika engkau
duduk dengan orang-orang ahli ibadah dan orang-orang zuhud, maka duduklah
engkau bersama mereka dengan menampakkan sikap zuhud dan ibadah. Ikutlah
terhadap apa yang dianggap baik oleh mereka, dan memberi kemudahan apa yang
dianggap sulit oleh mereka. Jika engkau duduk dengan orang-orang Shiddiqin,
maka pisahkan ilmu-ilmu yang telah engkau ketahui, agar engkau memperoleh ilmu
yang tersimpan dari mereka.”
18. ”Diantara
paling musyaqqatnya manusia, adalah orang yang senang apabila orang lain tunduk
melakukan apa yang diinginkannya, sedangkan dirinya tidak bisa melakukan
sebagian yang diinginkan oleh mereka. Tuntutlah dirimu untuk bisa memuliakan
orang lain, jangan engkau menuntut orang lain untuk memuliakan dirimu. Jangan
memaksa apapun kepada orang lain, tapi paksalah dirimu sendiri.”
19. ”Sungguh
aku putus asa untuk bisa memanfaatkan diriku untuk diriku sendiri, maka
bagaimana aku tidak putus asa untuk memanfaatkan orang lain untuk diriku ?. Aku
selalu berharap baik kepada Alloh untuk orang lain, maka bagaimana aku tidak
berharap baik kepada Alloh untuk diriku sendiri ?”.
20. ”Janganlah
engkau condong kepada ilmu dan kekuatan, tapi condonglah hanya kepada Alloh.
Takutlah engkau…!!! Jangan sampai menyebarkan ilmu dengan tujuan supaya orang
lain tunduk kepadamu. Tapi sebarkan ilmumu dengan tujuan supaya ilmu itu bisa
menjadi penyebab kamu tunduk kepada Alloh.”
21. Al-Imam
Abul Hasan Ali Asy-Syadzili adalah seorang yang sangat Tawadhu’ (rendah hati).
Diantaranya adalah beliau tidak pernah berbicara di depan orang banyak kecuali
diminta. Kalau sudah diminta, beliau berbicara dengan kata-kata yang lembut
yang dapat diterima oleh kalangan orang besar dan orang kecil. Hal itu
dikarenakan sifat iba dan bijaksana yang dimiliki beliau, juga karena beliau
menguasai ilmunya ulama’, ilmu siyasah pemerintahan dan hikmahnya ahli hukum. Diceritakan, suatu ketika ada pertemuan
para wali dan para ulama’ di Balai pertemuan kota Manshuroh dekat kota Tsughroh
Dimyath. Hadir dalam pertemuan tersebut Syekh Izzuddin Bin Abd. Salam, Syekh
Makinuddin Al-Asmar, Syekh Taqiyuddin Bin Daqiqil ‘Id, dan lain-lain. Mereka
semua sedang membahas Risalah Al-Qusyairi. Ketika satu persatu sudah
menyampaikan pendapatnya, tiba-tiba Syekh Abil Hasan As-Syadzili hadir ke
tempat itu. Setelah beliau duduk, Para Wali dan Para Ulama’ berkata,”Kami ingin
mendengarkan pendapat panjenengan tentang kandungan makna dalam risalah ini.”
Kanjeng Syaikh berkata,” Kalian semua merupakan Para Syekh Guru-Guru besar
Islam telah menyampaikan pendapat masing-masing, jadi tidak ada lagi tempat
bagi saya untuk memberikan pendapat.” Mereka berkata,”Tidak wahai Syekh, Kami
ingin mendengarkan pendapat panjenengan.” Selanjutnya Kanjeng Syekh memanjatkan
puji kepada Alloh, kemudian memberikan pendapat dengan jelas dan gamblang. Setelah Kanjeng Syaikh
selesai memberikan pendapat, Syekh Izzuddin Bin Abd. Salam yang terkenal
sebagai rajanya para Ulama’ berteriak dari dalam tenda,”Ayo kesini semua untuk
bersama-sama mendengarkan pendapat Syekh Abu Hasan, yang hampir dipastikan
murni dari sisi Alloh.” Padahal Syekh Izzuddin sebelumnya mengingkari dengan
berkata kepada masyrakat,”Apakah masih ada Thoriqoh selain Al-Qur’an dan
Al-Hadits,?. Tetapi setelah berkumpul dengan Syekh Abil Hasan As-Syadzili,
beliau menyatakan salut dan kagum dengan berkata,”Diantara pertanda agung yang
membuktikan adanya kelompok Tashowwuf adalah bila mereka telah mampu menduduki
dasar-dasar agama yang besar. Yaitu bisa menguasai karomah dan khoriqul adah
(keanehan-keanehan). Seorang ahli Fiqh tidak menguasai apa-apa dari karomah dan
khoriqul adah, kecuali hanya bisa menjalankan apa yang dijalankan oleh
masyarakat seperti hanya tampak dari dhohirnya.” Syekh Izzuddin setelah berkumpul dengan Syekh Abil Hasan
As-Syadzili, dan telah merasakan thoriqoh yang telah dirasakan oleh masyarakat
dan bisa memotong besi dengan lembaran kertas, maka beliau memuji dengan
sepenuhnya pujian.
22. ”Makanlah
kalian dari makanan yang enak dan lezat, minumlah minuman yang bagus dan segar,
tidurlah di kasur yang paling empuk, dan berpakaianlah dengan pakaian yang
paling halus. Kalau salah satu diantara kalian melakukan hal itu kemudian
berkata,”Alhamdulillah”, maka anggota tubuh kalian telah mensyukuri nikmat
Alloh. Lain halnya jika salah satu dari kalian makan roti kasar dengan lalapan
garam, memakai pakaian lusuh, tidur di tanah dan minum air hangat yang
dipanaskan matahari, kemudian mengucapkan Alhamdulillah, padahal hal itu
didorong oleh perasaan terpaksa dan murka kepada taqdir Alloh. Andaikata salah
satu diantara kalian melihat dengan mata hati, maka pasti akan mengerti bahwa
keterpaksaan dan kemungkaran itu akan kembali kepada perbuatan dosa bagi
orang-orang yang menbuat enak-enakan di dunia dengan yakin. Padahal
sesungguhnya orang yang enak-enakan di dunia itu melakukan sesuatu yang
diperbolehkan oleh Alloh, tapi orang yang bersyukur dengan terpaksa dan murka
itu melakukan sesuatu yang diharomkan oleh Alloh.” Keterangan ini menjadi salah
satu bukti, bahwa Kanjeng Syekh itu termasuk golongan orang ahli meneliti
tingkah laku hati dan termasuk ahli bersyukur.
23. “Ikatlah nafsumu,
dan kalahkanlah dengan sholat. Jika sholatmu bisa mencegah dari sesuatu yang
disukai nafsu, maka engkau termasuk orang yang beruntung. Dan jika sholatmu
tidak mencegahmu dari nafsu, maka hendaklah engkau menangisi keadaan dirimu.
Apabila engkau terpaksa menyeret kuat kakimu untuk pergi bersholat, hendaklah
engkau ingat, adakah seorang kekasih itu tiada ingin berjumpa dengan kekasihnya
?”.
24. “Aku bertanya kepada
guruku berkenaan dengan wirid orang-orang yang telah benar-benar mencapai
Alloh.
Guruku berkata,”Menggugurkan hawa nafsu dan mencintai Tuhannya. Dan dengan
kecintaan itu, ia tercegah dari mencintai yang lain selain Alloh.”
25. “Siapa
yang ingin bersahabat dengan Alloh, mka hendaklah ia berangkat meninggalkan
segala kesenangan diri. Tidak akan sampai si hamba kepada Alloh, jika masih ada
pada dirinya syahwat. Dan tidak juga, jika masih ada pada dirinya segala nafsu
keinginan.”
26. “Barang siapa yang
bertambah ilmu dan amlnya, tidak menyebabkannya bertambah iftiqor (memerlukan)
Alloh, maka dia telah masuk ke dalam golongan orang-orang yang binasa.”
27. “Kembalilah engkau dan
janganlah menentang Tuhanmu, maka engkau akan menjadi seorang Muwahhid (Ahli
Tauhid). Beramallah engkau dengan menetapi rukun-rukun syari’at,
maka engkau akan menjadi seorang Sunni (Seorang pengikut Rosululloh). Himpunlah
dua perkara tersebut, maka engkau akan menjadi seorang ahli hakikat.”
28. “Jika engkau ingin
memperbaiki aib dirimu, maka janganlah sekali-kali kamu mengintai
aib orang lain. Karena mengintai aib orang lain termasuk ke dalam cabang-cabang
kemunafikan, sebagaiman husnudz dzon itu termasuk ke dalam cabang-cabang keimanan.”
29. “Bagi orang Shufi
harus mempunyai empat karakter : Pertama, berakhlak dengan akhlak Alloh
(Merespons Asma’, Sifat dan Af’al Alloh dalam kehambaannya).
Kedua, senantiasa berselaras dengan perintah-perintah Alloh. Ketiga, tidak
mengandalkan atau menuruti hawa nafsu, karena malu kepada Alloh. Keempat, menepati
hamparan jiwa dalam kefanaan yang benar ketika bersama Alloh.”
30. “Manakala
cahaya orang beriman yang suka bermaksiat dibuka, pasti akan memenuhi bekasnya
di langit dan di bumi. Lalu bagaiman menurut anda hebatnya cahaya orang maukmin
yang thaat ?”
31. “Hormatilah
sesama kaum mukmin, walaupun mereka sering maksiat penuh dosa. Tegakkan
aturan-aturan kepada mereka, dan hampiri mereka sebagai tanda kasih-sayang,
jangan sampai anda merasa muak dengan mereka.”
32.
“Jangan mengikuti
jejak orang yang sangat hati-hati terhadap apa yang diraih oleh tangan orang
beriman, sementara dia sangat tidak hati-hati terhadap apa yang diberikan oleh
tangan kaum musyrikin. Sebab sudah diketahui, bagaimana batu jadi hitam (Hajar
Aswad) karena tangan mereka.” Maksudnya, jangan mengikuti jejak orang yang
belum jelas kebenaran amaliyahnya, wira’inya dan ketajaman mata hatinya.
No comments:
Post a Comment