Ketika
‘Dzikir Bersama’ di Gugat
Oleh:
Raudlotul Ulumiyah*
Tidak sedikit yang menyatakan,
ketika dilksanakannya kegiatan dzikir bersama oleh banyak aliran thariqah bahwa
apa yang dilakukan itu menyalahi syariat. Bid’ah dan taddlil sering
terlontar dari komentar-komentar banyak tokoh yang beda pendapat. Tak tanggung-tanggung,
terkadang klaim ‘salah’ datang dari kalangan kita ‘sendiri’ yang masih satu
payung ‘Ahlussunnah wal Jamaah’. Namun sayangnya, dari sekian banyak kecaman
dan tudingan tersebut tidak dilandasi oleh hujjah yang obejektif serta
proporsional. So, mereka menyatakan “kebenaran” dengan bekal kesalahan
yang pada akhirnya terjebak pada disparatis pemikiran. Dari sini penting kiranya
untuk diketengahkan beberapa legitimasi syariat mengenai pentingnya dzikir
bersama, lebih-lebih pada zaman modern ini. Seberapa pentingkah dzikir bersama?
***
Mula-mula mari kita perhatikan
beberapa ayat al-Quran yang menjelaskan keutamaan berdzikir kepada Allah. Dalam
salah-satu firmannya, Allah sangat menganjurkan akan adanya dzikir.
“Orang-orang yang berdzikir kepada Allah sambil berdiri, duduk atau dalam
keadaan berbaring….” {Surat Ali ‘Imron:3: 191} “ …laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut nama Allah, Allah telah menyiapkan mereka ampunan dan pahala
yang besar {al-Ahzab 35}
Cukuplah kiranya kedua arti ayat
diatas sebagai legitimasi dari adanya dzikir yang dilaksanakan majelis dzikir
dari kalangan organisasi Thariqah mu’tabarah. Dalil di atas memperkuat
rutinitas kalangan Nahdliyyin dalam melaksanakannya, dengan artian apa yang
dilakukan oleh kalangan ahli dzikir dalam mengimplementasikan ‘amanah’ thariqah
benar-benar berpijak pada dalil primer yakni al-Quran.
Di samping ayat di atas ada banyak sekali hadis
yang menjelaskan akan keutamaan dzikir bersama. Rasulullah bersabda “
Sesungguhnya para malaikat berkeliling di jalan sembari menyentuh orang-orang
yang berdzikir kepada Allah. Apabila menemukan satu kaum yang pada berdzikir
kepada Allah maka malaikat memanggilnya”: Berserulah kalian semua untuk
hajatnya. Rasulullah bersabda: “kemudian para malaikat mengelilinginya dengan
sayap-sayapnya menuju kelangit dunia”. Rasulullah bersabda “ Maka Allah
menanyakan kepada para malaikat: Apa yang dilakukan oleh hamba-hambaKu.
Rasulullah bersabda: Para malaikat menjawab: “Mereka membaca tasbih, membaca
takbir, membaca tahmid dan tamjid……….” (hadis ini bisa kita jumpai di Shahih Bukhari no. 6408, Shohih Muslim,
no: 6780 dll )
Rasulullah bersabda “ Tidaklah satu kaum yang berkumpul
kemudian berdzikir kepada Allah yang dengan dzikir tersebut hanya dihadapkan
kepada Allah, melainkan mereka dipanggil dari langit, bahwa mereka telah mendapat ampunan sementara
perbuatan jeleknya tergantikan kebajikan” (HR. Ahmad)
Dari
Syaddad Bin Ausin Radliyallahu anhu: Sesungguhnya aku ada disamping
Nabi. Tiba-tiba beliau
bersabda “ Angkatlah tangan kalian semua, dan bacalah La Ilaha Illallah”
kemudian aku melaksanakan: Rasulullah bersabda lagi “ Ya Allah sesungguhnya
engkau telah mengutus aku dan memerintah aku dengan kalimat ini, dan
menjanjikan aku surga juga dengan kalimat ini, sesungguhnya engkau tidak pernah
menyalahi janji: kemudian beliau berkata “ berikanlah kabar gembira
sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian semua” (HR. Hakim, Ahmad
at-Thabrani)
Hadis tersebut mengisyaratkan betapa
urgennya berdzikir kepada Allah, lebih-lebih dilaksanakan secara bersamaan.
Dalam kacamata ijtimaiyyah (sosial), dzikir ala Thariqah Syadziliyah
misalnya, banyak mengandung faidah dan atsar yang positif bagi
perkembangan nilai ibadah. Karena untuk ukuran saat ini, tanpa harus membumbuhi
kegiatan relegius dengan poles yang menarik, sulit sekali mengajak masyarakat
untuk berdzikir kepada Allah. Apalagi perkembangan zaman yang diiringi dengan
semangat juang tekhnologi semakin menjauhkan manusia dari sang Khaliq. Untuk
itu menanamkan nilai-nilai dzikir dengan mengajak orang lain hadir guna
bersama-sama membaca dzikir merupakan langkah yang sangat pas untuk terus
ditingkatkan.
Di samping tendensi primer, adapula pendapat ulama yang
senada dengan dua dalil di atas.
Adalah Ibn Abidin dalam Hasyiyahnya berkomentar mengenai dzikir bersama,
menurutnya imam Ghazali telah menyerupakan antara dzikir sendirian dan dzikir
bersama dengan adzan sendirian dan adzan secara jamaah. Bahwa beberapa suaranya
adzan yang secara bersamaan dapat memecah lekatnya hawa nafsu dari pada adzan
sendirian. Begitu juga dengan dzikir bersama, dimana pengaruhnya lebih besar
dari pada dzikir sendirian” (Hasyiyat Ibn Abidin 5/263).
Di akhir tulisan ini, penulis akan
mengutip komentarnya Syekh Khattar Yusuf Muhammad, bahwa untuk memecahkan
sebuah batu sulit sekali kecuali dengan bersama-sama, begitupula hati yang
keras akan lebih gampang untuk meluluh-kan bila saling bantu dengan cara
dzikir bersama.
*Adalah santri PPSMCH putri, kamar
al-Kautsar, asal Sepulu, Bangkalan
No comments:
Post a Comment