Monday, 3 June 2013

penelitian sholat tahajjud









Shalat Tahajjud versi Ilmuan


Sebelum diungkapnya beberapa penelitian ilmiah
tentang manfaat shalat tahajud bagi kesehatan manusia,
Rasulullah telah mengungkapnya terlebih dahulu dengan
sabda beliau:
“Shalat tahajjut dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan dan menghindari penyakit (HR Turmudzi)”
Mengapa sholat tahajud dapat menghindarkan seseorang dari penyakit? Apa yang
terjadi pada tubuh seseorang saat ia melakukan shalat tahajud? Penyakit-penyakit apa
saja yang dapat disembuhkan melalui shalat tahajud? Itulah beberapa pertanyaan yang
ingin dijawab oleh para peneliti.




Gerakan sholat
Dr.Bahar Azwar, SpB Onk, seorang spesiali bedah umum dan supersialis bedah
onkologi dari FKUI/RSCM dalam bukunya mengatakan:
“Shalat dimulai dengan takbir.Bagi kesehatan ia adalah awal dari operasi gabungan yang disertai oleh semuasistem tubuh seperti pertahanan, aliran getah bening,pernapasan, pengembangan dan pengempisan paru, pencernaan, pijatan usus, kerangka, olahraga tulang dan otot, makanan, darah, penglihatan, mata yang dipusatkan, pendengaran, telinga, yang diistrahatkan, rohani yang diserahkan mutlak kepadanya, dan sistem lain sesuai dengan kodratnya”.
Seorang Doktor ahli saraf asal Amerika tertarik memeluk Islam setelah ia melakukan
kajian saraf. Ia mengatakan terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia tidak
dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup


untuk berfungsi secara normal. Setelah melakukan kajian yang memakan waktu
akhirnya ia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak
tersebut melainkan ketika seseorang melakukan sholat yaitu ketika sujud. Urat tersebut
memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki
bagian urat tersebut mengikuti kadar sembahyang 5 waktu yang diwajibjan oleh Islam.




Gerakan shalat mirip yoga

Menurut seorang ahli sufi, Prof Hazrat Syah Maqshud Ahadiq Angha, dalam kitabnya
yang berjudul Al-Shalah, kelima sikap tubuh saat shalat mampu menyelaraskan aspekaspek
pikiran (niat dan keinginan), kata-kata (pelafalan), dan tindakan, sehingga
meningkatkan kesehatan dan penyembuhan dalam sebuah medan energi.
Sikap sujud mirip dengan sikap yoga yang disebut shashaungasana atau sikap
kelinci. Gerakan menekankan jidat atau puncak kepala ke tanah secara berulang
merupakan langkah strategis untuk mengaktifkan, merangsang, dan mengalirkan
kelenjar pineal.
Kelenjar pineal adalah jendral bagi hormon-hormon lain yang menstabilkan dan
memadu organ dalam berbagai proses fisiologis. Proses ini di antaranya kegiatan elektis
pada sistem saraf pusat, kegiatan penggerak, siklus bangun/tidur dan temperatur.
Kelenjar ini juga memproduksi sejumlah neurotransmitter, termasuk serotonin,
dopamine, dan melatonin yang semuanya bertanggung jawab atas keseimbangan otak.
Serotonin mengatur suasana hati, seperti juga endorfin mengontrol rasa sakit.
Dopamine merangsang temperatur dan metabolisme yang menambah tingkat energi,
kesiagaan dan kemampuan mental. Melatonin menentukan siklus pola tidur dan paling
banyak diproduksi di malam hari (paling sedikit di siang hari), puncaknya pukul 02.00
dinihari, ketika shalat tahajud berlangsung.
Posisi berdiri tegak juga memiliki arti khusus. Dalam yoga, sikap ini disebut
tadasana atau sikap gunung (mountain pose). Dengan melatih berdiri tegak terusmenerus
secara benar akan memberi kekuatan pada paha lutut, leher dan pundak. Sikap
gunung akan memperbaiki postur tubuh, sehingga tidak bungkuk dan menyeimbangkan
pikiran.
Gerakan membungkuk (ruku) dalam yoga berfungsi untuk menenangkan ritme
napas. Juga membuat panas tubuh meningkat. Sistem saraf yang berada di punggung
dirangsang dengan gerakan ini, sehingga pikiran menjadi tenang. Gerakan ini bisa
mengatasi insomnia dan sangat bagus dilakukan sebelum tidur.
Bila kita membungkuk benar-benar dan melakukan pernapasan dengan benar,
maka dapat membantu mengurangi ketegangan di otot wajah. Wajah menjadi rileks
karena seluruh darah dialirkan ke wajah.


Sehat dengan shalat tahajud
Dari segi medis sholat tahajud dapat mempengaruhi kerja jantung dan kelenturan
tulang belakang. Penelitian ini dilakukan oleh Rabuthah al alam al Islam, organisasi
ilmu-ilmu kedokteran Islam Amerika, asosiasi Islam kedokteran di Kuwait, organisasi
masjid-masjid international, dan universitas Al-Azhar.
Pada kesempatan itu Dr. Salwa Muhammad Rusydi, guru besar Universitas
Hilwan pada fakultas pendidikan olahraga berujar,”Saya berpesan melalui forum ini
agar semua pihak memberikan motivasi kepada setiap muslim agar rajin mengerjakan
sholat secara umum khususnya sholat tarawih (termasuk qiyamul lail) yang telah
terbukti manfaatnya bagi kesehatan tubuh.”
Namun apa yang sebenarnya terjadi sehingga shalat tahajud dapat menyehatkan
tubuh? Sebuah penelitian ilmiah telah membukikan bahwa shalat tahajud dapat
membebaskan orang dari pelbagai penyakit. Mohammad Sholeh, Seorang dosen
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya dalam usahanya mempertahankan
disertasi doktornya, mengatakan bahwa shalat tahajud yang dilakukan secara rutin,
benar, khusuk dan ikhlas akan membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan
kanker.
Ia melontarkan pernyataan itu dalam disertasinya yang berjudul Pengaruh Shalat
Tahajud terhadap Peningkatan Perubahan Response Ketahanan Tubuh Imonologik:
Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi. Sholeh melakukan penelitian ini terhadap 51
siswa SMU Lukmanul Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Dari 51 siswa
hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan shalat tahajud selama sebulan penuh.
Setelah diuji lagi tinggal 19 siswa yang bertahan shalat tahajud selama dua bulan. Shalat
dimulai pukul 02-00 hingga 3:30 sebanyak 11 rakaat. Selanjutnya hormon kortisol
mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya. (Paramita, Prodia dan Klinika).
Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajud secara ikhlas
berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajud. Mereka yang rajin dan ikhlas
bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk menaggulangi
masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. Jadi shalat tahajud selain bernilai ibadah,
juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol
kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping16 yang
efektif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress. Menurut Sholeh,
orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan
shalat tahajud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak
terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar
akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan teknik
medis menunjukan, shalat tahajud yang dilakukan seperti itu membuat orang
mempunyai ketahanan tubuh yang baik. Sholeh mengukur kadar hormon kortisol
(glukokortikoid alami utama yang dikeluarkan korteks adrenal. Zat ini memengaruhi
metabolisme glukosa, protein, dan lemak) bisa diketahui apakah seseorang mengalami
stres atau tidak. Pada mereka yang berhasil melakukan shalat tahajud sampai dua bulan,
hormon ini meningkat. Ini pertAnda orang tersebut ikhlas dan tidak stres,” katanya.
Meningkatnya hormon ini akan disertai dengan meningkatnya kandungan serotonin,
epinefrin, dan endorfin. Hormon-hormon inilah yang membuat kita merasa tenang dan
tenteram.
Sebaliknya, tingkat acetylcholine pada ke-19 orang ini menurun
adalah ester asam asetat dari kolin yang berfungsi sebagai neurotransmiter atau bahan
kimia yang berfungsi menyampaikan pesan dari sel saraf yang satu ke sel saraf yang
lain.“Bila bahan kimia ini meningkat, itu tandanya orang lagi stres. Akibat lanjutannya
orang akan mudah marah, cemas, dan khawatir’ tuturnya. Stres juga ditAndai oleh
meningkatnya kandungan vasopressin atau hormon yang dikeluarkan hipotalamus
(bagian otak).
“Bila tingkat vasopressin tinggi dan menumpuk terus-menerus, daya tahan tubuh
orang akan menurun. Orang akan mudah kena kanker. “Dengan sendirinya berbagai
sistem imun yang ada di tubuh seperti makrofag, basofil, monosit, dan lainnya tidak
akan terproduksi,” katanya.

Ikhlas dan kontinyu

Namun pada saat yang sama, shalat tahajud pun Bisa Mendatangkan Stres, terutama bila
Tidak Dilaksanakan Secara Ikhlas dan Kontinyu. “Jika tidak dilaksanakan dengan
ikhlas, bakal terjadi kegagalan dalam menjaga homeostasis atau daya adaptasi terhadap
perubahan pola irama pertumbuhan sel yang normal, tetapi jika dijalankan dengan
ikhlas dan kontinyu akan sebaliknya”, tuturnya. Dengan begitu,
keikhlasan dalam menjalankan shalat tahajud menjadi sangat penting. Selama ini
banyak kiai, dan intelektual berpendapat bahwa ikhlas adalah persoalan mental-psikis.
Artinya, hanya Allah swt yang mengetahui dan mustahil dapat dibuktikan secara ilmiah.
Namun lewat penelitiannya, Sholeh berpendapat lain.
Ia yakin, secara medis, ikhlas yang dipandang sebagai sesuatu yang misteri itu
bisa dibuktikan secara kuantitatif melalui indikator sekresi hormon kortisol.
“Keikhlasan Anda dalam shalat tahajud dapat dimonitor lewat irama sirkadian, terutama
pada sekresi hormon kortisolnya”, kata pria yang meraih gelar doktor pada bidang
psikoneoroimunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.
Dijelaskan Sholeh, jika ada seseorang yang merasakan sakit setelah menjalankan
shalat tahajud, besar kemungkinan itu berkaitan dengan niat yang tidak ikhlas, sehingga
gagal terhadap perubahan irama sirkadian tersebut. Gangguan adaptasi itu tercermin
pada sekresi kortisol dalam serum darah yang seharusnya menurun pada malam hari.
Apabila sekresi kortisol tetap tinggi, maka produksi respon imunologik akan menurun
sehingga berakibat munculnya gangguan kesehatan pada tubuh seseorang. Sedangkan
sekresi kortisol menurun, maka indikasinya adalah terjadinya produksi respon
imunologik yang meningkat pada tubuh seseorang. Niat yang tidak ikhlas, kata Sholeh,
akan menimbulkan Kekecewaan, Persepsi Negatif, dan Rasa Tertekan. Perasaan negatif
dan tertekan itu menjadikan seseorang rentan terhadap serangan stres.
Dalam kondisi stres yang berkepanjangan yang ditAndai dengan ingginya sekresi
kortisol, maka hormon kortisol itu akan bertindak sebagai imunosuprsif yang menekan
proliferasi limfosit yang akan mengakibatkan imunoglobulin tidak teinduksi. Karena
imunoglobulin tidak terinduksi maka sitem daya tahan tubuh akan menurun sehingga
rentan terkena infeksi dan kanker.
Kanker, seperti diketahahui adalah pertumbuhan sel yang tidak normal. Nah, bila
melaksanakan shalat tahajud dengan ikhlas dan kontinyu akan dapat merangsang
pertumbuhan sel secara normal sehingga membebaskan pelaku shalat tahajud dari
berbagai penyakit dan kanker/tumor ganas. Menurutnya, shalat tahajud yang dijalankan
dengan tepat, kontinyu, khusuk dan ikhlas dapat menimbulkan persepsi dan motivasi
positif sehingga menimbulkan coping mechanism yang efektif.
Sholeh menjelaskan, respon emosional yang positif atau coping mechanism dari
pengaruh shalat tahajud ini berjalan mengalir dalam tubuh dan diterima oleh batang
otak. Setelah di format dengan bahasa otak, kemudian ditransmisikan ke salah satu
bagian otak besar yakni Talamus. Kemudian, Talamus menghubungi Hipokampus
(pusat memori yang vital untuk mengkoordinasikan segala hal yang diserap indra) untuk
mensekresi GABA17 yang bertugas sebagai pengontrol respon emosi, dan menghambat
Acetylcholine, Serotonis dan neurotransmiter yang lain yang memproduksi sekresi
kortisol.
Selain itu, Talamus juga mengontak prefrontal kiri-kanan dengan mensekresi
dopamin dan menghambat sekresi seretonin dan norepinefrin. Setelah terjadi kontak
timbal balik antara Talamus-Hipokampus-Amigdala-Prefrontal kiri-kanan, maka
Talamus mengontak ke Hipotalamus untuk mengendalikan sekresi kortisol.






No comments:

Post a Comment

Charly setia band nyantri di pp syaichona cholil

https://youtu.be/2ELP8ewuNHc https://youtu.be/2ELP8ewuNHc