Imam nawawi al jawi
Diriwayatkan dari Nabi SAW,
sesungguhnya Beliau bersabda (Ada dua perkara, tidak ada sesuatu yang lebih
utama dari dua perkara tersebut, yaitu iman kepada Allah dan berbuat kebajikan
kepada sesama muslim). Baik degan ucapan atau kekuasaannya atau dengan hartanya
atau dengan badannya.
RasuuluLlah SAW bersabda, (barang
siapa yang pada waktu pagi hari tidak mempunyai niat untuk menganiaya terhadap
seseorang maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barang siapa
pada waktu pagi hari memiliki niat memberikan pertolongan kepada orang yang
dianiaya atau memenuhi hajat orang islam, maka baginya mendapat pahala seperti
pahala hajji yang mabrur).
Dan Nabi SAW bersabda (Hamba yang
paling dicintai Allah Ta’ala adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan
amal yang paling utama adalah membahagiakan hati orang mukmin dengan
menghilangkan laparnya, atau menghilangkan kesusahannya, atau membeyarkan
hutangnya. Dan ada dua perkara, tidak ada sesuatu yang lebih buruk dari dua
tersebut yaitu syirik kepaad Allah dan mendatangkan bahaya kepada kaum
muslimin).
Baik membahayakan atas badannya,
atau hartanya. Karena sesungguhnya semua perintah Allah kembali kepada dua
masalah tersebut. Mengagungkan Allah dan berbuat baik kepada makhluknya,
sebagaimana firman Allah Ta’ala Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan
firman Allah Ta’ala Hendaklah kamu bersyukur kepadaKu dan kepada kedua orang
tuamu.
Maqolah
2
Nabi SAW bersabda, (wajib bagi kamu
semua untuk duduk bersama para ‘Ulama) artinya yang mengamalkan ilmunya, (dan
mendengarkan kalam para ahli hikmah) artinya orang yang mengenal Tuhan.
(Karena sesungguhnya Allah Ta’ala
akan menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah-ilmu yang bermanfaat-
sebagaimana Allah menghidupkan bumu yang mati dengan air hujan). Dan dalam
riwayat lain dari Thabrani dari Abu Hanifah “Duduklah kamu dengan orang dewasa,
dan bertanyalah kamu kepada para ‘Ulama dan berkumpulah kamu dengan para ahli
hikmah” dan dalam sebuah riwayat, “duduklah kamu degan para ulama, dan
bergaulah dengan kubaro’ ”. Sesungguhnya Ulama itu ada dua macam, 1. orang yang
alim tentang hukum-hukum Allah, mereka itulah yang memiliki fatwa, dan 2. ulama
yang ma’rifat akan Allah, mereka itulah para hukama’ yang dengan bergaul dengan
mereka akan dapat memperbaiki akhlak, karena sesungguhnya hati mereka telah
bersinar sebab ma’rifat kepada Allah demikian juga sirr / rahasia mereka telah
bersinar disebabkan nur keagungan Allah. Telah bersabda Nabi SAW, akan hadir
suatu masa atas umatku, mereka menjauh dari para ulama dan fuqaha, maka Allah
akan memberikan cobaan kepada mereka dengan tiga cobaan, 1. Allah akan
menghilangkan berkah dari rizkinya. 2. Allah akan mengirim kepada mereka
penguasa yang zalim 3. Mereka akan keluar meninggalkan dunia tanpa membawa iman
kepada Allah Ta’ala Na’udzubiLlahi min dzaalik.
Maqolah
3
Dari Abi Bakar As-Shiddiq RA (Barang
siapa yang memasuki kubur tanpa membawa bekal yaitu berupa amal shalih maka
keadaannya seperti orang yang menyeberangi lautan tanpa menggunakan perahu).
Maka sudahlah pasti ia akan tenggelam dengan se tenggelam-tenggelamnya dan
tidak mungkin akan selamat kecuali mendapatkan pertolongan oleh orang-orang
yang dapat menolongnya.. sebagaimana sabda Rasulullah SAW, tidaklah seorang
mayat yang meninggal itu, melainkan seperti orang yang tenggelam yang meminta
pertolongan.
Maqolah
4
Dari ‘Umar RA, -dinukilkan dari
Syaikh Abdul Mu’thy As-sulamy, sesungguhnya Nabi SAW bertanya kepada Jibril AS,
‘Beritahukan kepadaku sifat kebaikan sahabat ‘Umar’. Maka Jibril menjawab,
‘Jika saja lautan dijadikan tinta dan tumbuh-tumbuhan dijadikan pena niscaya
tidak akan uckup melukiskan sifat kebaikannya. Kemudian Nabi bersabda,
beritahukan kepadaku kebaikan sifat Abu Bakar,”. Maka Jibril menjawab, ”’Umar
hanyalah satu kebaikan dari beberapa kebaikan Abu Bakar RA.
‘Umar RA berkata, (kemuliaan dunia
dengan banyaknya harta. Dan kemuliaan akhirat adalah dengan bagusnya amal).
Maksudnya, urusan dunia tidak akan lancar dan sukses kecuali dengan dukungan harta
benda. Demikian pula perkara akhirat tidak akan menjadi sempuran kecuali dengan
amal perbuatan yang baik.
Maqolah
5
Dari ‘Utsman RA. (menyusahi dunia
akan menggelapkan hati. Dan menyusahi akhirat akan menerangkan hati). Artinya,
menyusahi urusan yang berhubungan dengan urusan dunia maka akan menjadikan hati
menjadi gelap. Dan menyusahi perkara yang berhubungan dengan urusan akhirat
akan menjadaikan hati menjadi terang. Yaa Allah jangan jadikan dunia
sebesar-besar perkara yang kami susahi, dan bukan pula puncak ilmu kami.
Maqolah
6
Dari ‘Aly RA wa KarramaLlaahu
Wajhah. (Barang siapa yang mencari ilmu maka surgalah sesungguhnya yang ia
cari. Dan barang siapa yang emncari ma;siyat maka sesungguhnya nerakalah yang
ia cari) Artinya barang siapa yang menyibukkan diri denagn mencari ilmu yang
bermanfaat, yang mana tidak boleh tidak bagi orang yang aqil baligh untuk
mengetahuinya maka pada hakekatnya ia mencari surga dan mencari ridho Allah
SWT. Dan barang siapa yang menginginkan ma’siyat, maka pada hakekatnya
nerakalah yang ia cari, dan kemarahan Allah Ta’ala.
Maqolah
7
Dari Yahya bin Muadz RA. (Tidak akan
durhaka kepada Allah orang-orang yang mulia) yaitu orang yang baik tingkah
lakunya Yaitu mereka yang memuliakan dirinya dengan menghiasinya dengan taqwa
dan menjaga diri dari ma’siyat. (Dan tidak akan memilih dunia dari pada akhirat
orang-orang yang bijaksana) Artinya orang bijak / hakiim tidak akan
mendahulukan atau mengutamakan urusan dunia dari pada urusan akhirat. Adapun
orang hakiim adalah orang yang mencegah dirinya dari pada bertentangan dengan
kebenaran akal sehatnya.
Maqolah
8
Dari A’Masy, naam lengkapnya adalah
Abu Sulaiman bin Mahran AL-Kuufy RA. (Barang siapa yang bermodalkan taqwa, maka
kelulah lidah untuk menyebutkan sifat keberuntungannya dan barang siapa yang
bermodalkan dunia, maka kelulah lidah untuk menyebut sebagai kerugian dalam hal
agamanya). Artinya barang siapa yang bermodalkan taqwa dengan melaksanakan
perintahNya dan menjauhi laranganNya dimana dasar dari amal perbuatannya adalah
selalu bersesuaian dengan syari’at, maka baginya pasti mendapatkan kebaikan
yang sangat besar tanpa dapat dihitung dalam hal kebaikan yang diperolehnya.
Dan kebalikannya barang siapa yang
perbuatannya selalu berseberangan dengan hukum syari’at, maka baginya kerugian
yang sangat besar bahkan lidahpun sampai tidak dapat menyebutkannya.
Maqolah
9
Diriwayatkan dari Sufyan Atsauri,
beliau adalah guru dari Imam Malik RA. ( Setiap ma’siyat yang timbul dari
dorongan syahwat yaitu keinginan yangteramat sangat akan sesuatu maka dapat
diharapkan akan mendapat ampunanNya. Dan setiyap ma’siyat yang timbul dari
takabur atau sombong yaitu mendakwakan diri lebih utama atau mulia dari yang
lain , maka maksiyat yang demikian ini tidak dapat diharapkan akan mendapat ampunan
dari Allah). Karena maksiyat iblis berasal dari ketakaburannya yang tidak mau
hormat kepada Nabi Adam AS atas perintah Allah dimana ia menganggap dirinya
lebih mula dari Nabi Adam AS yang diciptakan dari tanah sedangkan ia/iblis
diciptakan dari api. Dan sesungguhnya kesalahan Nabi
Adam AS adalah karena keinginannya
yang teramat sangat untuk memakan buah yang dilarang oleh Allah untuk
memakannya.
Maqolah
10
Dari sebagian ahli zuhud yaitu
mereka yang menghinakan kenikmatan dunia dan tidak peduli dengan nya akan
tetapi mereka mengambil dunia sekedar dharurah/darurat sesuai kebutuhan
minimumnya. (Barang siapa yang melakukan perbuatan dosa dengan tertawa bangga,
maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka dalam keadaan menangis- karena
seharusnya ia menyesal dan memohon ampunan kepada Allah bukannya berbangga
hati. Dan barang siapa yang ta’at kepada Allah dengan menangis- karena malu
kepada Allah dan Takut kepadaNya karena merasa banyak kekurangan dalam hal
ta’at kepaadNya Maka Allah akan memasukkanNya ke dalam surga dalam keadaan
tertawa gembira. ) dengan sebenar-benar gembira karena mendapatkan apa yang
menjadi tujuannya selama ini yaitu ampunan dari Allah.
Maqolah 11 Maqolah ke sebelas : dari
sebagian ahli hikmah / Aulia’ (Janganlah kamu menyepelekan dosa yang kecil)
kerana dengan selalu menjalankannya maka lama kelamaa akan tumbuhlah ia menjadi
dosa besar. Bahkan terkadang murka Tuhan itu ada pada dosa yang kecil-kecil.
Maqolah
12
Dari Nabi SAW : (Tidaklah termasuk
dosa kecil apabila dilakukan secara terus menerus) karena dengan dilakukan
secara terus menerus, maka akan menjadi besarlah ia. (Dan tidaklah termasuk
dosa besar apabila disertai dengan taubat dan istighfar) Yaitu taubat dengan
syarat-syaratnya. Karena sesungguhnya taubat dapat menghapus bekas-bekas dosa
yang dilakukan meskipun yang dilakukan tersebut dosa besar. Hadits ini
diriwayatkan oleh Ad-dailamy dari Ibni Abbas RA.
Maqolah
13
(Keinginan orang arifiin adalah
memujiNya) maksudnya keinginan orang ahli ma’rifat adalah memuji Allah Ta’ala
dengan keindahan sifat-sifatnya. (dan keinginan orang-orang zuhud adalah do’a
kepadaNya) yaitu permintaan kepaad Allah sekedar hajat kebutuhannya dari du nia
dengan segenap hatinya, dimana yang dimaksud do’a adalah meminta dengan
merendahkan diri kepadaNya dengan memohon diberi kebaikan kepadanya. (Karena
keinginan orang arif/ ahli ma’rifat dari Tuhannya bukanlah pahala ataupun
surga) sedangkan keinginan orang zuhud adalah untuk kepentingan dirinya
sendiri, yaitu untuk kemanfatan dirinya dari pahala dan surga yang
didapatkannya. Maka demikianleh perbedaan orang yang keinginan hatinya
mendapatkan bidadarii dan orang yang cita-citanya adalah keterbukaab hatinya.
Maqolah
14
(diriwayatkan dari sebagian hukama’)
yaitu orang yang ahli mengobati jiwa manusia, dan mereka itulah para wali
Allah. -(Barang siapa yang menganggap ada pelindung yang lebih utama dari Allah
maka sangat sedikitlah ma’rifatnya kepada Allah) Maknanya adalah barang siapa
yang menganggap ada penolong yang lebih dekat daripada pertolongan Allah, maka
maka sesungguhnya dia belul mengenal Allah. (Danbarang siapa yang menganggap
ada musuh yang lebih berbahaya daripada nafsunya sendiri, maka sedikitlah
ma’rifatnya/pengetahuannya tentang nafsunya) Artinya adalah brang siapa yang
berperasangka ada musuh yang lebih kuat dari pada hawa nafsunya yang selalu
mengajak kepada kejahatan, maka sedikitlah ma’rifatnya/pengetahuannya akan hawa
nafsunya sendiri.
Maqolah
15
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA.
Menafsiri firman Allah Ta’ala, “Sungguh telah nyatalah kerusakan baik di
daratan maupun di lautan, maka beliau memberikan tafsirannya (Yang dimaksud
Al-Barr/daratan adalah lisan.
Sedangkan yang dimaksud Al-Bahr /
lautan adalah hati). Apabila lisan telah rusak dikarenakan mengumpat misalnya,
maka akan menangislah diri seseorang / anak cucu adam. Akan tetapi apabila hati
yang rusak disebabkan karena riya’ misalnya, maka akan menangislah malaikat.
Dan diperumpamakan hati/qalb dengan lautan adalah dikarenkan sangat dalmnya
hati itu.
Maqolah
16
(Dikatakan, karena syahwat maka
seorang raja berubah menjadi hamba sahaya/budak) karena sesungguhnya barang
siapa yang mencintai sesuatu maka ia akna menjadi hamba dari sesuatu yang
dicintainya. (dan sabar akan membuat seorang hamba sahaya berumab menjadi
seorang raja) karena seoang hamba dengan kesabarannya akan memperoleh apa yang
ia inginkan. (apakah belum kita ketahui kisah seorang hamba yang mulia putra
seorang yang mulia, putera seorang yang mulia Sayyidina Yusuf AS Ash-Shiddiq,
putera Ya’qub yang penyabar, putera Ishaq yang penyayang, putera Ibrahim
Al-Khalil AS dengan Zulaikha. Sesungguhnya ia zulaikha sangat cinta kepada
Sayyidina Yusuf AS dan Sayyidina Yusuf bersabar dengan tipudayanya.
Maqolah
17
(Beruntunglah orang yang menjadikan
akalnya sebagai pemimpin) dengan mengikuti petunjuk akalnya yang sempurna
(sedangkan hawa nafsunya menjadi tahanan) (dan celakalah bagi orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai penguasanya, dengan melepaskannya dalam
menuruti apa yang di inginkannya, sedangkan akalnya menjadi hambanya yaitu akal
tersebut terhalang untuk memikirkan ni’mat Allah dan keagungan ALlah).
Maqolah
18
(Barang siapa yang meninggalkan
perbuatan dosa, maka akan lembutlah hatinya), maka hati tersebut akan senang
menerima nasihat dan ia khusyu’/memperhatikan akan nasihat tersebut. (Barang
siapa yang meninggalkan sesuatu yang haram) baik dalam hal makanan, pakaian dan
yang lainnya (dan ia memakan sesuatu yang halal maka akan jerniglah pikirannya)
didalam bertafakur tentang semua ciptaan Allah yang menjadi petunjuk akan
adanya Allah Ta’ala yang menghidupkan segala sesuatu setelah kematiannya
demikian pula menjadi petunjuk akan keEsaan Allah dan kekuasaanNya dan ilmuNya.
Dan yang demikian ini terjadi apabila ia mempergunakan fikirannya dan melatih
akalnya bahwa Allah SubhanaHu Wata’ala yang menciptakan dia dari nuthfah di
dalam rahim, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging,
kemujdian Allah menjadikan tulang dan daging dan urat syaraf serta menciptakan
anggota badan baginya. Kemudian Alah memberinya pendengaran, penglihatan dan
semua anggota badan, kemudian Allah memudahkannya keluar sebagai janian dari
dalam rahim ibunya, dan memberinya ilham untuk menyusu ibunya, dan Allah menjadikannya
pada awwal kejadian dengan tanpa gigi gerigi kemudian Allah menumbuhkan gigi
tersebut untuknya, kemudian Allah menanggalkan gigi tersebut pada usia 7 tahun
kemudian Allah menumbuhkan kembali gigi tersebut. Kemudian Allah menjadikan
keadaan hambanya selalu berubah dari kecil kemudian tumbuh menjadi besar dan
dari muda berubah menjadi tua renta dan dari keadaan sehat berubah menjadi
sakit. Kemudian Alah menjadikan bagi hambaNya pada setiap hari mengalami tidur
dan jaga demikian pula rambutnya dan kuku-kukunya manakala ia tanggal maka akan
tumbuh lagi seperti semula.
Demikian pula malam dan siang yang
selalu bergantian, apabila hilang yang satu maka akan disusul dengan timbulnya
yang lain. Demikian pula dengan adanya matahari, rembulan, bintang-bintang dan
awan dan hujan yang semuanya datang dan pergi. Demikian pula bertafakur tentang
rembulan yang berkurang pada setiap malamnya, kemudian menjadi purnama,
kemudian berkurang kembali. Seperti itu pula pada gerhana matahari dan rembulan
ketika hilang cahayanya keudian cahaya itu kembali lagi. Kemudian berfikir
tentang bumi yang
gersang lagi tandus maka Allah
menumbuhkannya dengan berbagai macam tanaman, kemudian Allah menghilangkan lagi
tanaman tersebut kemudian menumbuhkannya kembali. Maka kita akan dapat berkesimpulan
bahwa Allah Dzat yang mampu berbuat yang sedemikian ini tentu mampu untuk
menghidupkan sesuatu yang telah mati. Maka wajib bagi hamba untuk selalu
bertafakur pada hal yang demikian sehingga menjadi kuatlah imannya akan hari
kebangkitan setelah kematian, dan pula ia mengetahui bahwa Allah pasti
membangkitkannya da membalas segala amal perbuatannya. Maka dengan seberapa
imannya dari hal yang demikian yang membuat kita bersungguh-sungguh
melaksanakan ta’at atau menjauhi ma’siyat.
Maqolah
19
Telah diwahyukan kepada sebagian
Nabi ( Ta’atlah kepadaKu akan apa yang Aku perintahkan dan janganlah
bermaksiyat kepadaku dari apa yang Aku nasehatkan kepadamu). Artinya dari
nasihat yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebaikan dan dengan apa
yang dilarang maka seorang hamba akan tehindar dari kerusakan.
Maqolah
20
(Dikatakan sesungguhnya kesempurnaan
akal adalah mengikuti apa yang diridhai Allah dan meninggalkan apa yang
dimurkai Allah). artinya apa saja yang tidak seperti konsep di atas adalah kegilaan
/ tak berakal.
Maqolah
21
(Tidak ada keterasingan bagi orang
yang mulia akhlaknya, dan tidak ada tempat yang terhormat bagi orang-orang yang
bodoh ). Artinya seseorang yang bersifat memiliki ilmu dan amal maka
sesungguhnyania akan dihormati diantarea manusia di mana saja berada. Oleh
karena itu di mana saja berada layaknya mereka seperti di negeri sendiri dan
dihormati. Sebaliknya orang yang bodoh adalah kebalikannya meskipun di negeri
sendiri mereka merasa asing.
Maqolah
22
Barang siapa yang baik dalam
keta’atannya kepada Allah maka dia akan terasing diantara manusia). Artinya
orang yang merasa cukup dengan menyibukkan seluruh waktunya untuk ta’at kepadan
Allah maka ia akan terasing diantara manusia.
Maqolah
23
(Dikatakan bahwa gerakan badan
melakukan keta’atan kepada ALlah adalah petunjuk tentang kema’rifatan seseorang
sebagaimana gerakan anggota badan menunjukkan / sebagai dalil adanya kehidupan
di dalamnya). Artinya, bahwa ekspresi ketaatan serang hamba dalam menjalankan
perintah Allah maka yang demikian itu adalah petunjuk /a dalil kema’rifatannya
kepada ALlah. Apabila banyak amal ta’at maka menunjukkan bahwa banyak pula
ma’rifatnya kepada Allah dan apabila sedikit ta’at, maka menunjukkan pula sedikit
ma’rifat, karena sesungguhnya apa yang lahir merupakan cermin dari apa yang ada
di dalam bathin.
Maqolah
24
Nabi SAW bersabda, (Sumber segala
perbuatan dosa adalah cinta dunia,) dan yang dimaksud dari dumia adalah sesuatu
yang lebih dari sekedar kebutuhan. (Dan sumber segala fitnah adalah mencegah /
tidak mau mengeluarkan sepersepuluh dan tidak mau mengeluarkan zakat).
Maqolah
25
(Mengaku merasa kekurangan dalam
melakukan ta’at adalah selamanya terpuji dan mengakui akan kekurangan /
kelemahan dalam melakukan ta’at adalah tanda-tangda diteimanya amal tersebut)
karena dengan demikian menunjukkan tidak adanya ujub dan takabur di dalamnya.
Maqolah
26
(Kufur ni’mah adalah tercela)
maksudnya adalah dengan tidak adanya syukur ni’mat menunjukkan rendahnya nafsu.
(dan berteman dengan orang bodoh) yaitu orang yang menempatkan sesuatu bukan
pada tempatnya padahal ia mengetahui akan keburukan sesuatu tersebut. (adalah
keburukan) yaitu tidak membawa berkah . Oleh karena itu janganlah berteman
dengannya disebabkan karena buruknya akhlak / keadaan tingkah lakunya karena
sesungguhnya tabi’at itu dapat menular.
Maqolah
27
Disebutkan dalam syair….Wahai yang
disibukkan oleh dunia Sungguh panjangnya angan-angan telah menenggelamkan
mereka Bukankah mereka selalu dalam keadaan lupa – kepada Allah Hingga dekatlah
ajal bagi mereka Sesungguhnya kematian datangnya mendadak Dan kubur adalah
tempat penyimpanan amal.
Addailamy meriwayatkan hadits dari
RasuluLlah SAW yang bersabda, “Meninggalkan kenikmatan dunia lebih pahit dari
pada sabar, dan lebih berat daripada memukulkan pedang di jalan Allah. Dan
tiada sekali-kali orang mahu meninggalkan kenikmatan dunia melainkan Allah akan
memberi sesuatu seperti yang diberikan kepadapara Syuhada’. Dan meninggalkan
kenikmatan dnia adalah dengan menyedikitkan makan dan kekenyangan, dan membenci
pujian manusia karena sesungguhnya orang yang suka di puji oleh manusia adalah
termasuk mencintai dunia dan kenikmatannya. Dan barang siapa menginginkan
kenikmatan yang sesungguhnya maka hendaklah ia meninggalkan kenikmatan dunia
dan pujian dari manusia”.
Dan Ibnu Majah telah meriwayatkan
sesungguhnya RasuluLlah SAW bersabda, “Barang siapa yang niatnya adalah untuk
akhirat, niscaya Allah akan mengumpulkan kekuatan baginya dan Allah membuat
hatinya menjadi kaya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Dan
barang siapa yang niatnya dunia maka Allah akan menceraiberaikan segala
urusannya, dan Allah menjadikan kefakiran di depan kedua belah matanya dan
tiadalah dunia akan mendatanginya kecuali apa yang telah tertulis untuknya”.
Maqolah
28
Dari Aby Bakr Asy-Syibly
RahimahuLlahu Ta’ala, Beliau tinggal di Baghdad, berkawan dengan Syaikh Abul
Qasim Junaidy Al-Baghdady bahkan menjadi murid beliau, dan beliau hidup hingga
usia 87 tahun, wafat pada tahun 334 H dan dimakamkan di Baghdad. Dimana beliau
termasuk pembesar para sufi dan para ‘arif biLlah. Beliau berkata di dalam
munajatnya :
Wahai Tuhanku…
Sesungguhnya aku senang
Untuk mempersembahkan kepadaMu
semua kebaikanku
Sementara aku sangat faqir dan
lemah
Oleh karena itu wahai Tuhanku,
Bagaimana Engkau tidak senang
Untuk memberi ampunan kepadaku atas
segala kesalahanku
Sementara Engkau Maha Kaya
Karena sesungguhnya keburukanku
tidak akan membahayakanMu
Dan kebaikanku tidaklah memberi
manfaat bagiMu
Dan sesungguhnya sebagian orang yang
mulia telah memberikan ijazah agar dibaca setelah melaksanakan shalat Jum’at 7
kali dari bait syair sebagai berikut:
Ilahy lastu lil
firdausi ahla
Walaa aqway ‘ala
naaril jahiimi
Fahably zallaty
wahfir dzunuuby
Fa innaka
ghaafirul dzanbil ‘adziimi
Wa ‘aamilny
mu’aamalatal kariimi
Watsabbitny ‘alan
nahjil qawwimi
(Hikayat) Sesungguhnya Syaikh Abu
Bakr As-Syibly datang kepada Ibnu Mujaahid. Maka segeralah Ibnu Mujaahid
mendekati As-Syibly dan mencium tempat diantara kedua mata beliau. Mmaka
ditanyakanlah kepada Ibnu Mujaahid akan perbuatannya yang demikian, dan beliau
berkata, “Sesungguhnya aku melihat RasuluLlah SAW di dalam tidur dan sungguh
beliau SAW telah mencium Syaikh Abu Bakr As-Syibly. Ketika itu berdirilah Nabi
SAW di depan as-Syibly dan beliau mencium antara kedua mataAs-Syibly. Maka aku
bertanya, ‘Yaa RasuluLlah, apakah benar engkau berbuat yang demikian terhadap
As-Syibly ?’. RasuluLlah SAW menjawab,
‘benar, sesungguhnya dia tidak
sekali-kali mengerjakan shalat fardhu melainkan setelah itu membaca Laqad jaa a
kum Rasuulum min anfusikum ‘aziizun ‘alaiHi maa ‘anittum chariisun ‘alaikum bil
mukminiinarra’uufurrahiim faintawallau faqul chasbiyaLlaahu laaIlaaha Illa Huwa
‘alaiHi tawakkaltu waHuwa Rabbul ‘Arsyil ‘adziim….setelah itu dia /As-Syibly
mengucapkan salam ShallaLlaahu ‘alaika Yaa Muhammad”. Kemudian aku tanyakan
kepada As-Syibli mengenai apa yang dibacanya setelah shalat fardhu, maka beliau
menjawab seperti bacaan tadi….
Maqolah
29
Telah berka Asy-syibly, “Apabila
engkau menginginkan ketenangan bersama Allah, maka bercerailah dengan nafsumu.”
Artinya tidak menuruti apa yang menjadi keinginannya. Telah ditanyakan keadaan
Asy-Syibly di dalam mimpi setelah beliau wafat, maka beliau menjawab,’ Allah
Ta’ala berfirman kepadaku,’Apakah engkau mengetahui dengan sebab apa Aku
mengampunimu ?’
Maka aku menjawab, ‘Dengan amal
baikku”.
Allah Ta’ala berfirman,’Tidak’.
Aku menjawab, ‘Dengan ikhlas dalam
ubudiyahku ‘.
Allah Ta’ala berfirman, ‘Tidak’.
Aku menjawab,’Dengan hajiku dan
puasaku ?’
Allah Ta’ala berfirman, ‘Tidak’.
Aku menjawab, ‘Dengan hijrahku
mengunjungi orang-orang shaleh untuk mencari ilmu“.
Allah Ta’ala berfirman,’Tidak’.
Akupun bertanya, ‘Wahai Tuhanku,
kalau begitu dengan apa ?“
Allah Ta’ala menjawab, ‘Apakah
engkau ingat ketika engkau berjalan di Baghdad kemudian engkau mendapati seekor
anak kucing yang masih kecil dan lemah karena kedinginan, dan ia emnggigil
karenanya. Kemudian engkau mengambilnya karena rasa kasihan kepada anak kucing
itu dan engkau hangatkan ia ?”
Aku menjawab, ‘Ya’.
Maka berfirmanlah Allah Ta’ala,
‘Dengan kasih sayangmu kepada anak kucing yang masih kecil itulah Aku
menyayangimu’.
Maqolah
30
Telah berkata Asy-Syibli, “Jika
engkau telah merasakan nikmatnya pertemuan (wushlah – dekat dengan Allah SWT)
niscaya engkau akan mengerti rasa pahitnya perpisahan (Qathi’ah-yaitu jauh dari
Allah Ta’ala) . karena sesungguhnya berjauhan dari Allah SWT merupakan siksaan
yang besar bagi AhluLlah ta’ala. Dan termasuk salah satu dari do’a SAW adalah
,”Allahummarzuqny ladzatan nadzari ilaa wajhiKal Kariim, wasyauqu ilaa
liqaaiK”. (Yaa Allah berikanlah kepadaku kelezatan dalam memandang wajah-Mu
yang Mulia dan rasa rindu untuk bertemu dengan-Mu)
Maqolah
31
Diriwayatkan dari Nabi SAW,
sesungguhnya Beliau bersabda, “Barang saiapa yang pada waktu pagi hari
(memasuki waktu subuh) dalam keadaan mengadu kepada manusia tentang kesulitan
hidupnya, maka seakanakan ia telah mengadukan Tuhannya. “. Sesungguhnya
pengaduan selayaknya hanya kepada Allah karena pengaduan kesulitan hidup kepada
Allah termasuk do’a. adapun mengadu kepada manusia menunjukkan tidak adanya
ridha dengan pembagian Allah Ta’ala sebagaimana diriwayatkan dari AbdiLlah bin
Mas’ud RA, telah bersabda RasuluLlah SAW, “Maukah kamu semua aku ajari sebuah
kalimat yang diucapkan Musa AS ketika melintasi lautan bersama bani israil ?“.
kami semua menjawab ,”Baik Yaa RasuluLlah”. RasuluLlah SAW bersabda,”Ucapkanlah
kalimat ‘Allahumma laKal hamdu wa ilaiKal Musytakay wa Antal Musta’aan wa laa
haula walaa quwwata illa biLlahil ‘Aliyyil ‘Adhiim” (Yaa Allah segala puji
hanya untuk-Mu, dan hanya kepadamulah tempat mengadu, dan Engkaulah Penolong
dan tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Dzat Yang
Maha Tinggi dan Maha Agung. Maka berkatalah Al-A’masy, Tidaklah kami pernah
meninggalkan membaca kalimat tersebut sejak kami mendengarnya dari Syaqiq
Al-Asady Al kuufy.
Barang siapa pada waktu pagi hari
berduka atas perkara duniawi, maka sesungguhnya ia telah marah kepada tuhannya.
Artinya, barang siapa yang bersedih karena urusan dunia, sesungguhnya ia telah
marah kepada Tuhannya, karena ia tidak ridha dengan qadha’ (takdir Allah) dan
tidak bersabar atas cobaan-Nya dan tidak beriman dengan kekuasaan-Nya. Karena
sesungguhnya apa saja yang terjadi di dunia ini adalah atas qadha Ilahi Ta’ala
dan atas kekuasaan-Nya.
Dan barang siapa yang merendahkan
diri kepada orang kaya karena melihat kekayaannya, maka hilanglah 2/3 agamanya.
Artinya bahwa disyari’atkannya penghormatan manusia kepada orang lain adalah
karena alasan kebaikan dan ilmunya bukan karena kekayaannya. Karena
sesungguhnya orang yang memuliakan harta, sesungguhnya ia telah menyia-nyiakan
ilmu dan amal shaleh. Telah berkata Sayyidy Syaikh Abdul qadir Al- Jailany RA,
“Tidak boleh tidak bagi seorang muslim pada setiap keadaannya selalu dalam tiga
keadaan, yangpertama melaksanakan perintah, kedua menjauhi larangan, dan ketiga
ridha dengan pembagian Tuhan.” Dan kondisi minimal bagi seorang mukmin adalah
tidak terlepas dari salah satu dari tiga keadaan tersebut di atas, 32. telah
berkata Sayidina Aby Bakar As-Shidiq RA, “Tiga perkara yang tidak akan dapat
diperoleh dengan tiga perkara lainnya. Artinya ada tiga perkara, dimana tiga
perkara tersebut tidak akan dapat diperoleh dengan tiga perkara, yaitu yang
pertama Kekayaan dengan hanya berangan-angan. Sesungguhnya kekayaan tidak dapat
diperoleh hanya dengan berangan-angan akan tetapi dengan pembagian dari Allah.
yang ke dua Muda dengan bersemir. Maka tidak akan dapat diperoleh kemudaan usia
hanya dengan menyemir rambut dan lain sebagainya. Yang ketiga, Kesehatan dengan
obat-obatan.
Maqolah
32
Dari Abu Bakar As-Shidiq RA, “Tiga
perkara tidak dapat di capai/didapatkan dengan tiga perkara lainnya : 1.
Kekayaan dengan angan-angan. Artinya tidaklah kekayaan itu dapat diperoleh
hanya dengan berangan-angan tanpa kerja nyata, dan pembagian dari Allah. 2.
Muda usia dengan semir. Artinya tidaklah akan diperoleh keadaan menjadi muda
hanya karena disemirnya rambut dan sebagainya. Akan tetapi orang yang sudah
bertambah usia (tua) tidaklah mungkin berubah menjadi muda kembali meskipun
dengan rambut disemir atau yang lainnya. Dan umur akan terus berjalan hingga
akhirnya habislah umur itu kembali menghadap sang Khaliq. 3. Dan kesehatan
dengan menggunakan obat-obatan. Artinya kesehatan tidak dapat diperoleh dengan
mengkonsumsi obat-obatan akan tetapi
sesuai sunnah Allah harus dengan menjaga diri dengan makanan yang halal dan
olah raga secara teratur serta rajin beribadah.
Maqolah
33
Dari Sahabat Umar RA, “bersikap
kasih sayang dengan manusia adalah setengah dari sempurnanya aka”l. Sebagaimana
diriwayatkan oleh Ibnu Hiban dan Thabrani dan Baihaqi dari Jabir bin abdiLlah
dari Naby SAW bersabda, “Berperilaku baik terhadap manusia adalah shadaqah”.
Artinya berperilaku yang baik terhadap manusia melalui ucapan dan perbuatan
pahalanya sama dengan orang yang bersedekah. Dan sebagian dari suritauladan
Naby dalam bersikap baik dalam pergaulan adalah beliau tidak pernah mencela
makanan dan menghardik pelayan dan tidak pernah memukul wanita termasuk isteri
beliau. Dan yang lebih tepat untuk perilaku yang baik ini adalah meninggalkan
kesenangan duniawi karena tuntutan agama. Dan rajn bertanya (kepada Ulama)
adalah setengah dari ilmu. Karena ilmu akan dipeorleh apabila kita rajin
bertanya terhadap segala sesuatu yang kita tidak tahu. Dan rajin bekerja adalah
setengah dari penghidupan. Karena dengan rajin bekerja kita akan memperoleh
rizki sebagai bekal untuk kelangsungan hidup kita.
Maqolah
ke 37
Dari Nabi Dawud AS, Diwahyukan di
dalam kitab Zabur, – Wajib bagi orang yang berakal untuk tidak menyibukkan diri
kecuali dalam tiga hal :
1. Mempersiapkan bekal untuk
perjalanan ke akhirat.
2. Bergaul dengan pergaulan yang
baik.
3. Bekerja dengan baik mencari rizki
yang halal untuk bekal ibadah kepada Allah karena mencari rizki yang halal
adalah wajib hukumnya.
Maqolah ke 38
Dari Abu Hurairah RA. Nama beliau
adalah AbduRrahman bin Shakhr. Beliau berkata, telah bersabda Naby SAW Ada tiga
perkara yang menyelamatkan (dari adzab), tiga perkara yang merusakkan (membawa
orang kepada kerusakannya), tiga perkara meningkatkan derajat (beberapa
tingkatan di akhirat), tiga perkara menghapuskan dosa. Adapun tiga yang
menyelamatkan adalah:
1.
Takut kepada Allah dalam keadaan
tersembunyi maupun terang-terangan.
2.
Sedang dalam faqir dan kekayaan.
3.
Seimbang dalam ridha dan marah
(yaitu Ridha karena Allah dan marah karena Allah).
Adapun (tiga) yang merusakkan
adalah:
1.
Bakhil yang bersangatan (dengan
tidak mau memberikan apa yang menjadi hak Allah dan haq makhluk). Dalam riwayat
lain bakhil yang diperturutkan. (Adapun apabila sifat bakhil itu ada dalam diri
seseorang akan tetapi tidak diperturutkan, maka tidaklah yang demikian ini
merusakkan karena sifat bakhil adalah sifat yang lazim ada pada manusia).
2.
Hawa nafsu yang selalu diikuti.
3.
Dan herannya (‘ujub) manusia
terhadap diri sendiri. (Artinya seseorang memandang dirinya dengan pandangan
kesempurnaan dirinya disertai lalai terhadap ni’mat Allah Ta’ala dan merasa
aman dari hilangnya ni’mat itu).
Adapun yang meninggikan derajat
adalah:
1.
Menebarkan salam (artinya menebarkan
salam kepada orang lain yang dikenal maupun yang tidak dikenal).
2.
Memberikan hidangan makanan (kepada
tamu atau orang yang menderita kelaparan).
3.
Dan shalat pada waktu malam sedang
manusia sedang tertidur lelap (yaitu mengerjakan shalat tahajud pada tengah
malam ketika orang-orang sedang lalai dalam ni’matnya tidur).
Adapun yang dapat menghapus dosa
adalah :
1.
Menyempurnakan wudhu pada saat yang
sulit (artinya menyempurnakan wudhu pada saat udara sangat dingin dengan
menjalankan sunah-sunahnya).
2.
Malangkahkan kaki untuk mengerjakan
shalat berjama’ah.
3.
Menunggu shalat sesudah shalat
(Untuk mengerjakan shalat berikutnya di masjid yang sama).
Maqolah
ke 39 :
قال جبريل عليه السلام يا محمد عش ما شئت فئنك ميت,
وأحبب من شئت فئنك مفارقة, واعمل ما شئت فئنك مجزى به,
Jibril As berkata, “Ya Muhammad
hiduplah sesuka engkau karena sesungguhnya engkau akan meninggal dunia. Dan
cintailah orang yang engkau suka karena engkau pasti akan berpisah (disebabkan
kematian). Dan beramalah sesuka engkau karena engkau akan di beri pahala atas
amal itu.
Maqolah
ke 40 :
قال النبي صل الله عليه وسلم : ثلاثة نفر يظلھم الله تحت ظل عرشه
يوم لاظل الا ظله. المتوضئ فى
المكاره, والماشى الى المساجد فى الظلم, ومطعم الجائع.
Tiga golongan yang akan mendapatkan
naungan الله di bawah naungan ‘arsy-Nya pada hari
dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. 1 orang yang berwudhu pada waktu
yang sangat berat (dingin bersangatan). 2. orang yang pergi ke masjid dalam
kegelapan )untuk mengerjakan shalat berjama’ah). 3. Orang yang memberi makan
orang yang kelaparan.
Maqolah
ke 41 :
قيل ابراهيم عليه السلام, "لأي شيئ اتخذك الله خليلا
؟ قال بثلاثت اشياء : اخترت امر الله تعالى على أمر غيره, وما له تممت بما تكفل
الله لى وما تعيشت وما تغديت الا مع الضيف
Ditanyakan kepada Nabi Ibrahim AS,
“Dengan sehingga الله menjadikan engkau sebagai kekasih ?”
Maka Ia menjawab, “Dengan tiga hal, Aku memilih melaksanakan perintah الله daripada perintah selain الله . Dan aku tidak bersedih hati atas
apa yang telah الله tanggung untukku (dari rizki). Dan
tidak sekali-kali aku makan malam atau makan pagi kecuali bersama-sama dengan
tamu.
Telah diriwayatkan bahwa Nabi
Ibrahim AS berjalan satu mil atau dua mil untuk mencari orang yang mau dijak
makan bersamanya.
Maqolah
ke 42 :
عن بعض الحكماء : ثلاثة اشیاء تفرج الغصص 1 ذكر الله
تعالي, 2 ولقاء أوليائه, 3 وكلام الحكماء
Diriwayatkan dari sebagian ahli
hikmah (orang-orang yang pandai mengobati penyakit hati). Tiga perkara dapat
menghilangkan kesusahan. 1 Dzikir kepada الله dengan lafadz apapun seperti banyak
membaca kaliamat لاالھ الاالله dan kalimat لاحولولاقوةالابالله , atau dengan bermunajat kepada-Nya.
2 Bertemu kekasih / Aulia-Nya dari para ulama dan orang-orang saleh. 3
Mendengarkan kalam (nasihat) para hukama’ (orang yang menunjukkan kepada
kebajikan dunia dan akhirat).
Maqolah ke 43
عن حسن البصرى رضي الله عنه : من لا أدبله لاعلم له, ومن
لاصبرله لادين له, ومن لاورع له لازلفى له.
Dari Hasan Al Bashri RA, Barang
siapa yang tidak memiliki adab/etika (kepada الله dan kepada makhluk) maka tiadalah
ilmu baginya. Barang siapa yang tidak memiliki kesabaran (karena menanggung
bala’ dan menanggung disakiti oleh makhluk, dan atas beratnya menjahui maksiyat
dan atas melaksanakan kewajiban), maka tiadalah agama baginya. Barang siapa
yang tidak wara’ (dari yang haram dan syubhat) maka tidak ada pujian (martabat)
baginya di hadapan الله dan tiada kedekatan baginya kepada .الله
Menarik selaki, mohon copy......
ReplyDelete