Saturday 4 January 2014

---Kisah Sufi--- TERBARU 2014



luqman al-hakim dengan gunjingan orang

Dalam satu riwayat diceritakan, pada suatu hari Luqman al-Hakim bersama anaknya bepergian dengan membawa seekor keledai yang kecil. Karena kasihan kepada keledai yang kecil itu, Luqman al-Hakim menaikinya sendirian, sementara anaknya berjalan kaki mengikuti di belakangnya.
Di perjalanan bertemulah mereka dengan beberapa orang. Melihat tingkah-laku Luqman al-Hakim, sebagian orang tersebut berkata. “Orang tua tidak tahu belas kasihan, dirinya naik keledai tapi anaknya disuruh berjalan kaki.” Mendengar gunjingan itu, Luqman al-Hakim segera turun dari keledainya dan menyuruh anaknya naik sementara dirinya berjalan kaki di belakangnya. Di perjalanan bertemu dengan dua orang yang salah-satunya berkata kepada temannya, “Dasar anak kurang ajar, orang tuanya berjalan kaki, sedangkan dirinya enak-enakan di atas keledai.”
Mendengar hal tersebut, Luqman al-Hakim segera naik  ke atas keledai duduk di belakang anaknya. Bertemulah dengan beberapa orang yang kembali menggunjingnya, “Orang tua dan anaknya sama-sama tidak mengenal belas kasihan kepada hewan, masak keledai yang kecil itu dinaiki oleh dua orang, bukankah itu menyiksa keledai itu ?.”
Oleh karena tidak suka mendengar perkataan orang, maka Luqman al-Hakim dan anaknya turun dan menuntun keledai tersebut bersama-sama. Terdengar lagi gunjingan orang di jalan yang dilaluinya, “Orang tua dan anaknya sama-sama bodoh, masak membawa keledai tidak dinaiki ?.” Mendengar gunjingan itu, Luqman al-Hakim dan anaknya kemudian memikul keledainya. Ketika bertemu dengan orang-orang, kembali jadi pergunjingan, “Orang tua dan anaknya sama-sama gila, masak keledainya dipikul ?.”
Sesampai di rumahnya, Luqman al-Hakim memberikan nasehat kepada anaknya, tentang sikap manusia dan gunjingannya. “Sesungguhnya setiap orang tidak terlepas dari percakapan dan gunjingan manusia lainnya. Maka orang yang berakal tidak mengambil pertimbangan, melainkan kepada Allah Swt. Barang siapa mengenal kebenaran yang hakiki, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam segala hal.”
Kemudian Luqman al-Hakim berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku, carilah rezeki yang halal, supaya kamu tidak menjadi fakir-miskin. Sesungguhnya orang fakir-miskin itu akan tertimpa tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman dan agamanya), lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdaya orang), dan hilang kemuliaan hatinya (kepribadiannya). Yang lebih celaka lagi dari tiga perkara itu adalah orang-orang yang suka meremehkan dan merendahkan orang-orang yang fakir-miskin.
Kiriman dari Ahmad Syamsuri
(Sidodadi Kulon Gg I No 9 Surabaya)
Karena sibuk mengurusi hatinya
Suatu ketika, seorang sufi yang masih muda datang dengan maksud ingin berguru kepada Abu Said Abul Khair, seorang Guru Sufi yang terkenal karena ‘karamah’nya dan gemar mengajar tasawuf di pengajian-pengajian. Rumah guru sufi itu terletak di tengah-tengah padang pasir. Ketika sufi muda itu tiba di rumahnya, Abul Khair sedang memimpin Majelis pengajian, di tengah-tengah para muridnya.
Sewaktu Abul Khair membaca surah Al-Fatihah. Ia tiba pada ayat: ghairil maghdubi ‘alaihim, wa ladh dhallin. Sufi muda itu berpikir, “Bagaimana mungkin ia seorang Guru sufi terkenal?, makhraj bacaan Al Fatehahnya tidak bagus begitu. Bagaimana mungkin aku bisa berguru kepadanya. Bacaan Quran-nya saja tidak bagus.” Sufi muda itu mengurungkan niatnya untuk belajar kepada Abul Khair.
Sufi muda itu merasa salah memilih calon Guru baginya, dan ia memutuskan pulang dan mencari Guru lain yang makhraj bacaannya lebih bagus darinya. Begitu sufi muda itu keluar, ia langsung dihadang oleh seekor Singa Padang Pasir yang buas. Ia kemudian mundur menghindari Singa itu, akan tetapi di belakangnya ada seekor Singa Padang Pasir lain yang menghalanginya. Lelaki muda itu menjerit keras meminta tolong karena ketakutan.
Mendengar teriakannya, Abul Khair segera turun keluar meninggalkan majelisnya. Ia menatap kedua ekor Singa yang kelaparan itu dan menegur mereka, “Wahai Singa, Bukankah sudah kubilang padamu, jangan pernah kalian menganggu para tamuku!”
Kedua singa itu lalu bersimpuh di hadapan Abul Khair. Sang sufi lalu mengelus telinga keduanya dan menyuruhnya pergi. Lelaki muda itu keheranan, “Bagaimana mungkin Anda dapat menaklukkan Singa-Singa yang begitu liar?”
Abul Khair menjawab, “Anak muda, selama ini aku sibuk memperhatikan urusan hatiku. Bertahun-tahun aku berusaha menata hatiku, hingga aku tidak sempat berprasangka buruk kepada orang lain. Untuk kesibukanku menaklukkan hati ini, Allah SWT menaklukkan seluruh alam semesta kepadaku. Semua binatang buas di sini termasuk Singa-Singa Padang pasir yang buas tadi semua tunduk kepadaku. Sekarang apakah kamu menyadari kekuranganmu wahai anak muda ?
“Tidak , wahai Guru”, jawab anak muda itu.
“Selama ini kamu sibuk memperhatikan hal-hal lahiriah hingga nyaris lupa memperhatikan hatimu, karena itu kamu takut kepada seluruh alam semesta, dan ketakutan hanya karena Singa-Singa itu.”
…………………………………………………………………………………………..
Sahabatku
Betapa indah sekiranya kita memiliki hati atau qolbu yang senantiasa tertata terpelihara terawat dengan sebaik-baiknya. Kita akan senantiasa merasakan lapang tenteram tenang sejuk dan indah hidup di dunia ini. Semua ini akan tercermin dalam tiap gerak-gerik perilaku tutur kata, senyum tatapan mata riak air muka bahkan diam sekalipun.
Orang yang hatinya telah tertata dengan baik, ia tidak pernah merasa resah gelisah tidak pernah gundah gulana. Kemana pun pergi dan dimana pun berada ia senantiasa mampu mengendalikan hatinya. Diri senantiasa berada dalam kondisi damai dan mendamaikan tenang dan menenangkan tenteram dan menenteramkan. Ia yakin dengan keyakinan yang amat sangat bahwa hanya dengan mengingat dan merindukan Allah, hanya dengan menyebut-nyebut nama-NYA setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya maka hati menjadi tenteram. Tantangan seberat apapun diterima dengan ikhlas.
Sebaliknya orang yang hati-nya tidak tertata akan mendapatkan kerugian yang berlipat-lipat. Tidak saja hati yang selalu gelisah namun juga orang lain yang melihat pun tidak akan menaruh hormat sedikit pun jua. Ia akan dicibir dan dilecehkan orang. Ia akan tidak disukai sehingga sangat mungkin akan tersisih dari pergaulan. Terlepas siapa orangnya. Adakah ia orang berilmu berharta banyak pejabat atau siapapun; kalau hatiya tidak ditata dengan baik alias berhati busuk niscaya akan mendapat celaan dari masyarakat yang mengenalnya. Derajatnya-pun mungkin akan sama atau bahkan lebih hina dari pada apa yang dikeluarkan dari perutnya.
Orang yang hatinya tertata rapi, adalah orang yang telah berhasil merintis jalan ke arah kebaikan. Ia tidak akan tergoyahkan dengan aneka rayuan dunia yang tampak menggiurkan. Ia akan melangkah pada jalan yang lurus. Dari titik tahapan kebaikan itu hingga mencapai titik puncak. Sementara itu ia akan berusaha sekuat tenga untuk memelihara diri dari sikap sombong (ujub), riya’, hasad (dengki) dan perilaku rendah lainnya.
Sungguh betapa beruntung orang yang senantiasa bersungguh-sungguh menata hati karena berarti ia telah menabung aneka kebaikan yang akan segera dipetik hasil dunia akhirat. Sebaliknya, alangkah malangnya orang yang tidak pernah menata hatinya, selama hidup lalai dan membiarkan hatinya kusut masai dan kotor. Karena jangankan akhirat kelak bahkan ketika hidup di dunia pun nyaris tidak akan pernah merasakan nikmat hidup tenteram nyaman dan lapang.
Sahabatku
Seperti Sufi Besar, Abu Said Abul Khair dalam kisah di atas yang dapat menaklukkan alam semesta akibat ia sibuk menata hatinya, bahkan sepasang Singa padang pasir yang sangat buas dan kelaparan bisa dengan mudah ia tundukkan. Sebaliknya sufi muda yang hendak berguru, akibat sibuk hanya mengurus makhraj bacaan Al Qur’an orang lain, dan berprasangka buruk pada calon Gurunya, maka ia dihantui ketakutan akan alam semesta
Jadi, marilah kita senantiasa melatih diri untuk menyingkirkan segala penyebab yang potensial bisa menimbulkan ketidak-nyamanan yang ada di dalam hati ini. Karena dengan hati yang nyaman, indah dan lapang, niscaya akan membuat hidup ini terasa damai. Dengan hati yang tertata, maka meskipun berseliweran aneka masalah hidup yang dihadapi, namun sama sekali tidak akan pernah membuat ia terjebak dalam kesulitan, karena ia selalu mampu menemukan jalan keluar terbaik dengan izin Allah. Insya Allah!
Sebagai penutup, saya kutipkan Hadits Rasulullah Saw, dimana beliau bersabda :”Innallaha la yanzhuru ila ajsamikum wa la ila shuwarikum walakin yanzhuru ila qulubikum”. Artinya, ”Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik kalian dan rupa kalian akan tetapi Allah melihat hati kalian” (HR. Muslim)
Semoga Allah Swt menjadikan kita dan semua dan anak-anak  keturunan kita menjadi orang yang tertata hatinya, berhati bersih (qalbun salim) dan terhindar dari penyakit-penyakit hati. Amiin Yaa Rabbal Alamiin.
(Ahmad Wafiq PP Syaichona Moh. Cholil Bangkalan)
-------Aneh Tapi Benar--------

Ingin mimipi bertemu rasulullah saw
Dengan wajah muram seorang murid bersimpuh di hadapan syekhnya. Sang syekh dengan wajah dan suara berwibawa bertanya kepadanya, “Apakah gerangan yang membuatmu risau ?”. Si murid menjawab dengan penuh tawadhu’, “Wahai syekh, sudah lama aku ingin melihat wajah Nabiku SAW walau hanya lewat mimpi. Namun sampai sekarang keinginanku belum juga terkabul,” jelas si murid. “Ooo…rupanya itu yang kau inginkan, tunggu sebentar.”
Sang syekh mengeluarkan pena, kemudian menuliskan sesuatu untuk muridnya. “Ini bacalah setiap hari 1000 kali, insya Allah kau akan bertemu dengan Nabi Muhammad SAW.” Dengan wajah berseri pulanglah si murid membawa tulisan itu. Namun, setelah beberapa minggu kembalilah si murid ke rumah syekhnya, memberitahukan bahwa bacaan yang diberikannya tidak menghasilkan apa-apa. Sang syekh kemudian memberikan wiridan lain, namun beberapa minggu kemudian muridnya kembeli dengan lesu, memberitahukan bahwa wiridan itu pun masih belum menghasilkan apa-apa.
Setelah diam beberapa saat, berkatalah sang syekh, “Nanti malam datanglah engkau kemari, aku mengundangmu untuk makan malam.” Si murid mengangguk, kemudian pulang ke rumahnya. Setelah tiba waktunya, pergilah ia ke rumah syeknya untuk memenuhi undangannya. Ia merasa heran melihat syekhnya hanya menghidangkan ikan asin saja. “Makanlah semua ikan itu, jangan sisakan sedikit pun !” kata sang syekh kepada muridnya.
Karena tergolong murid yang taat, maka ia habiskan seluruh ikan asin yang ada di hadapannya. Selesai makan ia pun merasa kehausan karena memang ikan asin membuat orang yang memakannya menjadi mudah kehausan. Ia segera meraih segelas air air dingin yang ada di hadapannya. “Letakkan kembali gelas itu !” perintah sang syekh. “Kau tidak boleh minum air itu hingga esok pagi, dan malam ini kau tidur di rumahku.”
Dengan penuh rasa heran diturutinya perintah sang syekh. Malam itu ia sulit untuk bisa tidur. Tenggorokannya serasa tercekik karena kehausan. Ia membolak-balikkan badannya, hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. Apa yang terjadi ? Malam itu ia bermimpi syekhnya menyodorkan segelas air dingin. Setelah minum, ia terjaga dari tidurnya. Mimpi itu sangat nyata, seakan benar-benar terjadi padanya.
“Apa yang kau impikan ?” Tanya sang syekh yang beridiri tidak jauh darinya. “Wahai syekh, aku tidak memimpikan Rasulullah SAW, tapi aku mimpi minum air.” Tersenyumlah sang syekh mendengar jawaban muridnya itu. Kemudian dengan bijaksana sang syekh berkata, “ Jika cinta dan rindumu kepada Rasulullah SAW sama seperti pada air dingin itu niscaya engkau akan memimpikannya.”
Menangislah si murid. Ia baru sadar bahwa ternyata dalam hatinya belum cukup ada rasa cinta kepada Rasulullah SAW. Ia masih lebih mencintai dunia daripada Nabi. Ia masih banyak meninggalkan sunnahnya. Ia masih belum meneladani akhlaknya. Dia masih lebih mencintai air…”



---Kisah Sufi---
teka-teki imam al-ghazali
Suatu ketika Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya dan kemudian beliau memberikan teka-teki :
Imam Ghazali : “Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”
Murid 1 : Orang tua
Murid 2 : Guru
Murid 3 : Teman
Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu adalah janji Allah SWT bahwa setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati (Surah Ali-Imran : 185).
Imam Ghazali : “Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?”
Murid 1 : Negeri Cina
Murid 2 : Bulan
Murid 3 : Matahari
Iman Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Imam Ghazali : “Apa yang paling besar di dunia ini?”
Murid 1 : Gunung
Murid 2 : Matahari
Murid 3 : BumiI
Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A’raf : 179).“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah SWT) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah SWT), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah SWT). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.
Imam Ghazali : “Apa yang paling berat di dunia?”
Murid 1 : Baja
Murid 2 : Besi
Murid 3 : Gajah
Imam Ghazali : Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72).
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[*] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.
Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka karena gagal memegang amanah.

No comments:

Post a Comment

Charly setia band nyantri di pp syaichona cholil

https://youtu.be/2ELP8ewuNHc https://youtu.be/2ELP8ewuNHc