Saturday 4 January 2014

Ketika ‘Dzikir Bersama’ di Gugat

Ketika ‘Dzikir Bersama’ di Gugat
Oleh: Raudlotul Ulumiyah*

Tidak sedikit yang menyatakan, ketika dilksanakannya kegiatan dzikir bersama oleh banyak aliran thariqah bahwa apa yang dilakukan itu menyalahi syariat. Bid’ah dan taddlil sering terlontar dari komentar-komentar banyak tokoh yang beda pendapat. Tak tanggung-tanggung, terkadang klaim ‘salah’ datang dari kalangan kita ‘sendiri’ yang masih satu payung ‘Ahlussunnah wal Jamaah’. Namun sayangnya, dari sekian banyak kecaman dan tudingan tersebut tidak dilandasi oleh hujjah yang obejektif serta proporsional. So, mereka menyatakan “kebenaran” dengan bekal kesalahan yang pada akhirnya terjebak pada disparatis pemikiran. Dari sini penting kiranya untuk diketengahkan beberapa legitimasi syariat mengenai pentingnya dzikir bersama, lebih-lebih pada zaman modern ini. Seberapa pentingkah dzikir bersama?
***
Mula-mula mari kita perhatikan beberapa ayat al-Quran yang menjelaskan keutamaan berdzikir kepada Allah. Dalam salah-satu firmannya, Allah sangat menganjurkan akan adanya dzikir. “Orang-orang yang berdzikir kepada Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring….” {Surat Ali ‘Imron:3: 191} “ …laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah menyiapkan mereka ampunan dan pahala yang besar {al-Ahzab 35}
Cukuplah kiranya kedua arti ayat diatas sebagai legitimasi dari adanya dzikir yang dilaksanakan majelis dzikir dari kalangan organisasi Thariqah mu’tabarah. Dalil di atas memperkuat rutinitas kalangan Nahdliyyin dalam melaksanakannya, dengan artian apa yang dilakukan oleh kalangan ahli dzikir dalam mengimplementasikan ‘amanah’ thariqah benar-benar berpijak pada dalil primer yakni al-Quran.
Di samping ayat di atas ada banyak sekali hadis yang menjelaskan akan keutamaan dzikir bersama. Rasulullah bersabda “ Sesungguhnya para malaikat berkeliling di jalan sembari menyentuh orang-orang yang berdzikir kepada Allah. Apabila menemukan satu kaum yang pada berdzikir kepada Allah maka malaikat memanggilnya”: Berserulah kalian semua untuk hajatnya. Rasulullah bersabda: “kemudian para malaikat mengelilinginya dengan sayap-sayapnya menuju kelangit dunia”. Rasulullah bersabda “ Maka Allah menanyakan kepada para malaikat: Apa yang dilakukan oleh hamba-hambaKu. Rasulullah bersabda: Para malaikat menjawab: “Mereka membaca tasbih, membaca takbir, membaca tahmid dan tamjid……….” (hadis ini bisa kita jumpai di Shahih Bukhari no. 6408, Shohih Muslim, no: 6780 dll )
Rasulullah bersabda “ Tidaklah satu kaum yang berkumpul kemudian berdzikir kepada Allah yang dengan dzikir tersebut hanya dihadapkan kepada Allah, melainkan mereka dipanggil dari langit,  bahwa mereka telah mendapat ampunan sementara perbuatan jeleknya tergantikan kebajikan” (HR. Ahmad)
Dari  Syaddad Bin Ausin Radliyallahu anhu: Sesungguhnya aku ada disamping Nabi. Tiba-tiba beliau bersabda “ Angkatlah tangan kalian semua, dan bacalah La Ilaha Illallah” kemudian aku melaksanakan: Rasulullah bersabda lagi “ Ya Allah sesungguhnya engkau telah mengutus aku dan memerintah aku dengan kalimat ini, dan menjanjikan aku surga juga dengan kalimat ini, sesungguhnya engkau tidak pernah menyalahi janji: kemudian beliau berkata “ berikanlah kabar gembira sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian semua” (HR. Hakim, Ahmad at-Thabrani)
Hadis tersebut mengisyaratkan betapa urgennya berdzikir kepada Allah, lebih-lebih dilaksanakan secara bersamaan. Dalam kacamata ijtimaiyyah (sosial), dzikir ala Thariqah Syadziliyah misalnya, banyak mengandung faidah dan atsar yang positif bagi perkembangan nilai ibadah. Karena untuk ukuran saat ini, tanpa harus membumbuhi kegiatan relegius dengan poles yang menarik, sulit sekali mengajak masyarakat untuk berdzikir kepada Allah. Apalagi perkembangan zaman yang diiringi dengan semangat juang tekhnologi semakin menjauhkan manusia dari sang Khaliq. Untuk itu menanamkan nilai-nilai dzikir dengan mengajak orang lain hadir guna bersama-sama membaca dzikir merupakan langkah yang sangat pas untuk terus ditingkatkan.
Di samping tendensi primer, adapula pendapat ulama yang senada dengan dua dalil di atas. Adalah Ibn Abidin dalam Hasyiyahnya berkomentar mengenai dzikir bersama, menurutnya imam Ghazali telah menyerupakan antara dzikir sendirian dan dzikir bersama dengan adzan sendirian dan adzan secara jamaah. Bahwa beberapa suaranya adzan yang secara bersamaan dapat memecah lekatnya hawa nafsu dari pada adzan sendirian. Begitu juga dengan dzikir bersama, dimana pengaruhnya lebih besar dari pada dzikir sendirian” (Hasyiyat Ibn Abidin 5/263).
Di akhir tulisan ini, penulis akan mengutip komentarnya Syekh Khattar Yusuf Muhammad, bahwa untuk memecahkan sebuah batu sulit sekali kecuali dengan bersama-sama, begitupula hati yang keras akan lebih gampang untuk meluluh-kan bila saling bantu dengan cara dzikir bersama. 

*Adalah santri PPSMCH putri, kamar al-Kautsar, asal Sepulu, Bangkalan

No comments:

Post a Comment

Charly setia band nyantri di pp syaichona cholil

https://youtu.be/2ELP8ewuNHc https://youtu.be/2ELP8ewuNHc